My letter at this time, I will talk about religion in etymology and ppistimolgi. It is important to give everyone insight of religion understanding.
Lebih jauh, kita menyalahkan Tuhan “Tuhan, kenapa kau selalu mengirimkan masalah kepadaku?”, “Tuhan, seberapa banyak lagi masalah yang harus selesaikan?, atau sudah dalam tahap prustasi “Tuhan, aku benci kepada-Mu, kenapa kau tak ambil saja nyawaku, aku sudah cape dengan masalah hidup ini”.
“I Believe, Religion is the way of life”
_________________________
Masalah seringkali kita jadikan sebagai Kambing hitam atas apa
yang kita hadapi dalam keadaan gelisah, tertekan, terpojokan dan tidak
menemukan jalan keluar pemikiran. Masalah seakan menjadi suatu hal yang harus
tiada dimuka bumi ini. “Masalah oh masalah, mengapa kau tidak ada
henti-hentinya datang kepadaku” gerutu hati, sejurus diucapkan oleh lisan.
Lebih jauh, kita menyalahkan Tuhan “Tuhan, kenapa kau selalu mengirimkan masalah kepadaku?”, “Tuhan, seberapa banyak lagi masalah yang harus selesaikan?, atau sudah dalam tahap prustasi “Tuhan, aku benci kepada-Mu, kenapa kau tak ambil saja nyawaku, aku sudah cape dengan masalah hidup ini”.
Mari kita pahami
dulu definsi dari masalah. Dalam bahasa inggris, masalah adalah problem.
Problem dalam kamus oxford, problem is a matter or situation regarded as
unwelcome or harmful and needing to be dealt with and overcome,
artinya Masalah
atau situasi yang dianggap tidak diinginkan atau berbahaya dan perlu ditangani
dan diatasi.
Saya tidak akan membahas masalah lebih dalam lagi, demikian
kajina tentang masalah akan lebih spesifik ketika ditinjau dari ilmu bahasa,
selain itu pikiran saya juga lebih mengarah ke dalam kajian psikologi dan
tulisan saya saat ini tidak mengarah ketinjauan psikologi. Sedikit saja saya tambah, dalam surah At Tin
Allah S. W. T. berfirman, artinya “Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk
yang sempurna.” Maka, ketika berbicara masalah, sebenarnya yang bermasalah
adalah diri kita. Jangan pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang kita hadapi.
Mengapa saya bisa berbicara demikian?
“Agama adalah jalan hidup saya”. Banyak persinggungan pendapat
tentang hal ini. Bagi saya, agama adalah jalan hidup. Agama selalu mengajarkan
kebaikan. Agama menuntun kepada ketenangan. Agama melatih fokus. Dalam buku “Religiositas,
Agama Spiritualitas, agama -50”, agama berasal dari bahasa sangsekerta: a adalah
tidak, gam adalah pergi atau berjalan, a bersifat atau keadaan,
maka agama adalah sesuatu yang bersifat tidak pergi, kekal dan tidak berubah. Dalam
kitab تنريه الدين وحملته ورجاله مما افتراه القصيمي في اغلاله-13-
“agama adalah segala sesuatu yang di tunjukan dari Al Kitab dan Sunaا yang identik dengan mengintruksikan dan
mengikat.
Saya belum puas mencari definisi
tentang agama, maka saya lanjutkan tentang definisi agama baik secara etimologi
baupun epistimologi. Saya adalah orang yang percaya, bahwa untuk memahami suatu
permasalahan harus dimulai dari akar permasalahan. Tapi sebelumnya mohon maaf
kalau tulisan saya sangat subjektif. Saya selalu berharap, semoga tulisan saya
ini bisa bermanfaat.
“Jika tidak berdakwah lewat lisan, maka menulislah”
___________________________________
“Bayangkah, berapa panggung harus saya habis jika saya hanya berdakwah lewat lisan, maka saya menulis untuk memperbanyak keterjangkauan pesan”
Definisi agama:
1.
Agama
adalah Jalan
Pandangan, cita-cita,
proses, dan masa lalu diceritakan oleh pemuka agama dalam mimbar-mimbar menggunakan
padanan figur kenabian. Apa yang dilakukan oleh nabi, kini menjadi jalan yang harus
dilalui oleh penganutnya. Banyak orang berasalan melakukan sesuatu dalam suatu
agama, karena nabi mereka atau tokoh figur dalam agama mereka melakukan itu. Maka,
jalan hidup yang dilalui dan dijalankan oleh utusan Tuhan, kini menjadi jalan
hidup yang harus dilalui umatnya, karena segala sesuatu yang dilakukan oleh
nabi adalah panduan dari Tuhan, maka dalam hal ini, agama adalah jalan hidup
penganut agama.
2.
Agama
adalah hukum
Manusia hidup dalam
suatu tatanan sosial. Ada sistem yang mengatur gerak-gerik manusia, sistem itu
dinamakan dengan hukum di Indonesia sendiri Pancasila dan UUD 1945 sebagai
landasan pengembangan hukum untuk menata kehidupan bermasyarakat dalam
bernegara. Demikian, agama pun diatur dan diakui di Indonesia. Oleh karenanya,
aturan agama juga dipakai di Indonesia sebagai landasan pengembangan hukum. Ketika
berbicara dinamika hidup manusia, khususnya di Indonesia, bisa saja dia
mentaati hukum bernegara tapi belum tentu dia menjalankan hukum agama,
begitupun sebaliknya. Di Indonesia sendiri, ada lima agama yang diakui, dan
kelima agama ini memiliki hukumnya sendiri, begitupun ketika berbicara tentang
agama-agama di Indonesia yang lebih banyak, sudah pasti memiliki aturan yang
berbeda satu sama lain. Agama mempunyai norma-norma moral yang tinggi, namun
sayang manusia terkadang begitu enggan, merasa sulit dan mengessampingkan hukam
agama, pada akhirnya hukum yang di pakai manusia adalah conditional humaine.
Namun demikian, mari kita lihat Islam dengan Syari’ –meletakan fundamental bagi
suatu kehidupan yang sejati. Kristen –berbicara mengenai cita-cita dan sikap
hidup. Hindu dan Budha –menjungjung moral manusia dengan cita-cita manusia
berbudi luhur. Nah, falsafah-falsafah itu menjadi hukum bagi penganut agamanya,
kemudia menjadi sebuat kajian yuridis dan ditetapkan sebagai produk hukum
berbangsa dan bernegara yang disebut dalam hukum ketatangeraan.
3.
Agama
adalah perintah
Terlepas dari berapa
banyak pekerjaan yang dilakukan seorang hamba, ia akan meninggalkannya ketika
perintah itu datang atas nama agama. Di awal sudah di bahas bahwa agama adalah
asas, dan di dalamnya adalah perintah yang harus dilakukan manusia untuk
mencapai tingkatan kemuliaan.
4.
Agama
adalah penyerahan
Tunduk dan pasrah,
berserah diri kepada Tuhan adalah bentuk dari ajaran agama. Semua dilandaskan
karena kesucia, dan kesucian hanya milik Tuhan. Manusia dengan dosa-dosa yang
diperbuat perlu melakukan penyucian diri, dan penyucian diri diperintahkan oleh
Tuhan. Semua pemeluk agama akan berserah diri kepada Tuhannya.
5.
Agama
adalah balasan
Seperti hukum
sebab-akibat. Agama adalah pahala dan dosa. Balasan bagi orang yang melanggar
aturan Tuhan adalah sengsara, balasan bagi yang menjalankan perintah Tuhan
adalah bahagia.
Dalam buku Agama dan Perdamaian:
Landasan, Tujuan dan realitas Kehidupan -109- Bagi Karl Marx agama adalah
bualan kosong, selain itu menurut dia agama adalah candu, dengan demikian agama
membuat manusia berhenti berpikir dan membuat orang ternina bobokan, tertidur
dalam buaian-buaian pahala. Sedangkan menurut A. N. Wilson, agama membuat orang
bangun, mengatas namakan iman mereka saling membunuh satu sama lain. Masih dalam
buku yang sama, Helmut Schmidt mantan Kanselir Jerman Barat dan Dekan gerakan
sosial-demokrat Eropa, ia bertanya, bagaimana merokonosilasi pancasila yang
ke-1 tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yang berbicara mengenai Agama dengan sila
ke-4 yang berbicara mengenai “Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijsanaan dam
permusyawaratan perwakilan” yang ini adalah topik demokrasi”. Semoga saya bisa menguraikan
dan mengumpukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Ketika berbicara mengenai Agama, maka
kita perlu juga memahami agama:
1.
Sebagai
pusat kendali manusia
2.
Kebutuhan
manusia terhadap agama
3.
Apakah
agama membutuhkan manusia
4.
Sudut
pandang atau referensi yang mana yang kita ambil ketika membicarakan agama
sebagai asas hidup manusia.
5.
Agama
sebagai asas dan fitrah manusia
6.
Bagaimana
falsafah agama bagi hidup manusia
Upppp...sangat menginspirasiii
ReplyDelete