CERPEN
Penulis: Kunti Fadlilah (HaliSa Musyaffa Al-Fadlily)
Cerita pendek
atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern)
dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan
teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih
luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam
berbagai jenis.
UNSUR DAN CIRI KHAS
Cerita pendek
cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang
tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk
fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu
dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh
utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik
dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan
konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama
dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi
dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau
terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan
moralnya.
Karena pendek,
cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang
lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah
aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek
juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak
cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat
pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis.
Seperti banyak
bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut
pengarangnya.
UNSUR EKSTRINSIK CERITA (CERPEN/NOVEL)
Unsur
ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu
antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya.
1.
Nilai Agama
Nilai
agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang
bersumber dari agama tertentu.
Contoh:
Ahim
memperlama sujudnya. Ia banyak meminta di
tiap sujud karena sujud adalah saat dikabulkannya doa. Ia dengan sepenuh
hati meminta kepada Allah agar dimudahkan menghadapi ujian nasional esok. Ahim
telah mempersiapkan diri secara maksimal, tetapi ia yakin apa yang akan ia
dapat adalah apa yang akan Ia karuniakan kepadanya.
Nilai
agama yang terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah meminta kepada
Allah saat sujud dalam salat.
2.
Nilai Moral
Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam
cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam
cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
Contoh:
Amak
menatap orang itu dengan nanar. Apa yang diucapkan oleh mulut perempuan itu
seperti sekeranjang sampah yang sudah sangat membusuk. Ini hal baru bagi Amak.
“Kau
kerja di sini harus izin dulu, tak bisa sekehendak perutmu!”
Perempuan
itu sudah paruh baya. Buruknya isi lidahnya mengimbas kepada keburukan
wajahnya.
Nilai
moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang
jelek, yaitu seorang perempuan yang sangat kasar mulutnya pada orang lain.
3.
Nilai Budaya
Nilai
budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat
yang berlaku pada suatu daerah.
Contoh:
Pusing
kepala Inop sekarang. Rasanya tumbuh sebuah uban sehari di kepalanya. Ke mana
hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga
calon mertuanya. Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu
istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada
keluarga calon mempelai perempuan.
“Apa
yang harus aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada Amaknya.
“Kau
sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Ka babini seperti orang sasak cirik
sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.
Sekarang
bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop.
Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah
kebiasaan di suatu tempat di Ranah Minang, pihak calon mempelai laki-laki
memberi sesuatu kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan.
4.
Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang
berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.
Contoh:
Semua
bersedih. Langit pun tampak mendung, seakan ikut bersedih. Jenazah Yuda
terbaring kaku di ruang depan. Masyarakat datang berbondong-bondong memenuhi
rumah duka. Mereka ikut kehilangan seseorang yang selama ini dikenal sangat
rajin mengurus mesjid, ramah, dan ringan tangan dalam memberi bantuan. Sebagian
masyarakat sudah berangkat ke pemakaman untuk menggali kuburan, dan
mempersiapkan pemakaman.
Nilai sosial yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah
masyarakat yang dengan suka rela menjenguk orang yang kemalangan dan bergotong
royong mempersiapkan pemakaman.
CIRI-CIRI CERPEN:
1.
Terdiri dari sekitar 3-5 halaman
2.
Dalam sebuah cerpen ada 1-5 tokoh, tokoh dalam cerpen tidak secara
detail digambarkan
3.
Kisah dalam cerpen diceritakan secara singkat
4.
Tidak terlalu banyak menggunakan latar tempat dalam penceritaan
5.
Biasanya hanya memiliki satu alur dan klimaks, dan biasanya alurnya
maju
6.
Biasanya hanya ada peristiwa yang umum, dan tidak lebih dari 5
peristiwa
Ada banyak aliran dalam cerpen, diantaranya adalah:
1.
Realisme → yang melukiskan keadaan secara sesungguhnya
2.
Romantisme → yang menggunakan perasaan/ intuisi untuk mengungkapkan
rahasia alam
3.
Naturalisme → yang melukiskan kehidupan manusia secara
terang-terangan
4.
Absurdismen → yang menyajikankisah hidup yang tak terpahami atau
nisbi
5.
Impresionisme → yang melukiskan suatu kejadian dan spontan sehingga
banyak hal tidak terduga
Berikut ini adalah tahap-tahap penulisan cerpen.
1.
Menentukan tema cerpen
Tema
merupakan permasalahan dasar yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan
agar menjadi jelas. Tema sangat berkaitan dengan amanat/ pesan/ tujuan yang
hendak disampaikan kepada diri pembaca.
2.
Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen yang terkait
dengan peristiwa/ pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.
3.
Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara bersamaan
dengan tahap ini, menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita
4.
Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang
5.
Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh
6.
Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahsaan lain serta
memperbaikinya jika terdapat kekeliruan
UNSUR INTRINSIK CERPEN
a)
Tema
Merupakan topik
atau garis besar apa yang diceritakan dalam cerpen.
b)
Latar
Adalah
penggambaran ruang, waktu, dan segala situasi yang menjadi ruang bagi tokoh
cerita untuk hidup, bergerak, atau mengalami berbagai peristiwa. Latar dibagi
menjadi;
1)
waktu
2)
tempat
3)
suasana alamiah
4)
suasana batiniah
5)
sosial budaya
c)
Tokoh dan perwatakan
Perwatakan
adalah penampilan keseluruhan ciri-ciri atau tipe dari seorang tokoh pelaku dan
bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh.
Ada dua macam
cara untuk memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu
sebagai berikut:
1)
Secara analitik (langsung) : pengarang langsung memaparkan tentang
watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa seorang tokoh keras
hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.
2)
Secara dramatik (tidak langsung) : penggambaran perwatakan yang
tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui; pilihan nama tokoh,
penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku tokoh,
keadaan lingkungannya, dialog tokohdengan dirinya atau dengan tokoh lainnya,
dan pola pikir saat menghadapi masalah.
Ditinjau dari
cara dan hasil penggambarannya, ada empat macam perwatakan, yaitu sebagai
berikut;
1)
Perwatakan statis, yaitu pelukisan watak sang tokoh tetap tidak
berubah-ubah dari awal sampai akhir cerita.
2)
Perwatakan dinamis, yaitu watak snag tokoh berubah atau berkembang
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat sesuai dengan situasi yang
dimasukinya.
3)
Perwatakan datar, yaitu watak sang tokoh disoroti hanya dari satu
unsure atau satu dimensi saja
4)
Perwatakan bulat, yaitu watak sang tokoh dilukiskan dari segala
aspek dan meliputi semua dimensi, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan
sosial seperti yang terdapat pada tokoh nyata dalam hidup sehari-hari.
d)
Alur
Merupakan jalan
cerita dalam cerpen. Alur dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)
Alur maju → bercerita terus ke depan
2)
Alur mundur → bercerita ke masa yang lalu (lampau)
3)
Alur campuran → bercerita tentang masa depan, tapi diselingi dengan
cerita kejadian lalu (flashback)
e)
Sudut pandang
Merupakan
bagaimana penulis atau pengarang memposisikan dirinya didalam cerita.
f)
Amanat
Merupakan pesan
apa yang dapat kita ambil dalam cerita
No comments:
Post a Comment