1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii
CERPEN 
Penulis: Kunti Fadlilah (HaliSa Musyaffa Al-Fadlily)
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
UNSUR DAN CIRI KHAS
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis.
Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
UNSUR EKSTRINSIK CERITA (CERPEN/NOVEL) 
Unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya.
1.    Nilai Agama
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Contoh:
Ahim memperlama sujudnya. Ia banyak meminta di  tiap sujud karena sujud adalah saat dikabulkannya doa. Ia dengan sepenuh hati meminta kepada Allah agar dimudahkan menghadapi ujian nasional esok. Ahim telah mempersiapkan diri secara maksimal, tetapi ia yakin apa yang akan ia dapat adalah apa yang akan Ia karuniakan kepadanya.
Nilai agama yang terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah meminta kepada Allah saat sujud dalam salat.
2.    Nilai Moral
       Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
Contoh:
Amak menatap orang itu dengan nanar. Apa yang diucapkan oleh mulut perempuan itu seperti sekeranjang sampah yang sudah sangat membusuk. Ini hal baru bagi Amak.
“Kau kerja di sini harus izin dulu, tak bisa sekehendak perutmu!”
Perempuan itu sudah paruh baya. Buruknya isi lidahnya mengimbas kepada keburukan wajahnya.
Nilai moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang jelek, yaitu seorang perempuan yang sangat kasar mulutnya pada orang lain.
3.    Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah. 
Contoh:
Pusing kepala Inop sekarang. Rasanya tumbuh sebuah uban sehari di kepalanya. Ke mana hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga calon mertuanya. Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon mempelai perempuan.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada Amaknya.
“Kau sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Ka babini seperti orang sasak cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.
Sekarang bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop.
Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah kebiasaan di suatu tempat di Ranah Minang, pihak calon mempelai laki-laki memberi sesuatu kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan.
4.     Nilai Sosial
       Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.
Contoh:
Semua bersedih. Langit pun tampak mendung, seakan ikut bersedih. Jenazah Yuda terbaring kaku di ruang depan. Masyarakat datang berbondong-bondong memenuhi rumah duka. Mereka ikut kehilangan seseorang yang selama ini dikenal sangat rajin mengurus mesjid, ramah, dan ringan tangan dalam memberi bantuan. Sebagian masyarakat sudah berangkat ke pemakaman untuk menggali kuburan, dan mempersiapkan pemakaman.
Nilai sosial yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah masyarakat yang dengan suka rela menjenguk orang yang kemalangan dan bergotong royong mempersiapkan pemakaman.
CIRI-CIRI CERPEN:
1.        Terdiri dari sekitar 3-5 halaman
2.        Dalam sebuah cerpen ada 1-5 tokoh, tokoh dalam cerpen tidak secara detail digambarkan
3.        Kisah dalam cerpen diceritakan secara singkat
4.        Tidak terlalu banyak menggunakan latar tempat dalam penceritaan
5.        Biasanya hanya memiliki satu alur dan klimaks, dan biasanya alurnya maju
6.        Biasanya hanya ada peristiwa yang umum, dan tidak lebih dari 5 peristiwa
Ada banyak aliran dalam cerpen, diantaranya adalah:
1.        Realisme → yang melukiskan keadaan secara sesungguhnya
2.        Romantisme → yang menggunakan perasaan/ intuisi untuk mengungkapkan rahasia alam
3.        Naturalisme → yang melukiskan kehidupan manusia secara terang-terangan
4.        Absurdismen → yang menyajikankisah hidup yang tak terpahami atau nisbi
5.        Impresionisme → yang melukiskan suatu kejadian dan spontan sehingga banyak hal tidak terduga
Berikut ini adalah tahap-tahap penulisan cerpen.
1.      Menentukan tema cerpen
Tema merupakan permasalahan dasar yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan agar menjadi jelas. Tema sangat berkaitan dengan amanat/ pesan/ tujuan yang hendak disampaikan kepada diri pembaca.
2.      Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen yang terkait dengan peristiwa/ pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.
3.      Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara bersamaan dengan tahap ini, menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita
4.      Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang
5.      Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh
6.      Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahsaan lain serta memperbaikinya jika terdapat kekeliruan
UNSUR INTRINSIK CERPEN
a)        Tema
Merupakan topik atau garis besar apa yang diceritakan dalam cerpen.
b)        Latar
Adalah penggambaran ruang, waktu, dan segala situasi yang menjadi ruang bagi tokoh cerita untuk hidup, bergerak, atau mengalami berbagai peristiwa. Latar dibagi menjadi;
1)   waktu
2)   tempat
3)   suasana alamiah
4)   suasana batiniah
5)   sosial budaya
c)        Tokoh dan perwatakan
Perwatakan adalah penampilan keseluruhan ciri-ciri atau tipe dari seorang tokoh pelaku dan bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh.
Ada dua macam cara untuk memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu sebagai berikut:
1)   Secara analitik (langsung) : pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa seorang tokoh keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.
2)   Secara dramatik (tidak langsung) : penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui; pilihan nama tokoh, penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku tokoh, keadaan lingkungannya, dialog tokohdengan dirinya atau dengan tokoh lainnya, dan pola pikir saat menghadapi masalah.
Ditinjau dari cara dan hasil penggambarannya, ada empat macam perwatakan, yaitu sebagai berikut;
1)   Perwatakan statis, yaitu pelukisan watak sang tokoh tetap tidak berubah-ubah dari awal sampai akhir cerita.
2)   Perwatakan dinamis, yaitu watak snag tokoh berubah atau berkembang dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat sesuai dengan situasi yang dimasukinya.
3)   Perwatakan datar, yaitu watak sang tokoh disoroti hanya dari satu unsure atau satu dimensi saja
4)   Perwatakan bulat, yaitu watak sang tokoh dilukiskan dari segala aspek dan meliputi semua dimensi, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan sosial seperti yang terdapat pada tokoh nyata dalam hidup sehari-hari.
d)       Alur
Merupakan jalan cerita dalam cerpen. Alur dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)   Alur maju → bercerita terus ke depan
2)   Alur mundur → bercerita ke masa yang lalu (lampau)
3)   Alur campuran → bercerita tentang masa depan, tapi diselingi dengan cerita kejadian lalu (flashback)
e)        Sudut pandang
Merupakan bagaimana penulis atau pengarang memposisikan dirinya didalam cerita.
f)         Amanat
Merupakan pesan apa yang dapat kita ambil dalam cerita

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK