1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii


TUJUH HARI MENCARI CINTA
Oleh: Irpan Ilmi
Aku percaya... Tuhan menciptakan dunia dengan tersenyum. Betapa indahnya dunia ini. Aku adalah keindahan yang Tuhan ciptakan, dan dia adalah keindahan yang sesungguhnya. Tak tega aku milhat dia sendu, bercucurana air mata dan berlinangan kesedihan. Andai aku punya sedikit saja keberanian untuk menyeka gundah di pipinya.
Taman konseling ini seperti obat pelipur bagi jiwa-jiwa yang kesepian, terutama bagiku. Sabalad Caffe memang asyik untuk melepas penat. Setiap senja menjelang malam, aku habiskan beberapa episode mega merah bersama dedaunan di taman konseling coffe Sabalad.
“Bang itu siapa, sih?” Tanyaku pada bang Heri bartender Caffe.
“Jangan gangguin dia, kau gangguin dia aku bunuh!” timpal bang Heri.
“Ayo lah bang...! Please...! kali ini bantuin aku”.
Hari kedua.
Di hari kedua ini air matanya tak lagi deras, namun mekanya menahan amarah. Ingin kubuat pelangi mengelilingi pandangannya. Namun apa dayaku, yang bisa aku lakukan hanya bisa membuat efek adobe premiere di video ini.
Hari ketiga.
“Bang... ayolah bang bantu aku. Masa pelanggan caffe ini kau biarkan sendiri saja dipojok taman. Aku juga ingin seperti orang – orang berduaan”. Aku memelas pada bang Heri.
“Kan aku sudah bilang... jangan gangguin dia, dia itu wanita baik-baik”
“Lah abang kira... abang kira ini aku gak baik? Baiklah aku pergi”
Sembari meninggalkan bang Heri terlintas dipikiranku untuk pura-pura jatuh di depannya. Tepatnya di depannya aku menjatuhkan diri, berharap ia kan menolongku. Parahnya, jangankan menolongku, melirik aku pun tidak. Aku yang pura-pura kesakitan menyaksikan ia menyeruput kopi dengan tatapan yang kosong. Aku perrgi.
Hari keempat.
Saking bersemangatnya, aku buru-buru menuju caffe sabalad. Tatapanku tak lepas dari pandangannya, karena tak melihat ke depan akhirnya gelas yang di bawa bang Heri tertubruk, aku jatuh dan gelas pecah. Semua mata tertuju padaku. Malu memang, tapi aku senang bukan main, dia melihat adegan itu dan dia tersenyum tipis. Burung-burung seakan terbang dan aku sepertidi surga. Entah magnet apa yang menarikku, ketika bang Heri membersihkan pecahan gelas, tiba-tiba saja badanku, kakiku mendekat padanya. Di luar dugaan, aku menjulurkan tangan yang basah oleh Kopi.
“Aku Ilham, boleh berkenalan denganmu...!”
Dia menatapku dan pandangannya kembali fokus ke awang-awang.
“Halo, aku Ilham, kamu siapa? Boleh berkenalan?”
Dia kembali menatapku, hanya menatapku, keudian pandangannya kembali ke langit. Aku pergi memesan Kopi.
Hari Kelima
Seperti biasa aku memesan kopi yang biasanya aku pesan. Kutatap matanya dengan seksama.
“Bang... Bang... Bang...” akhirnya di menoleh, “bang.... hari ini aku bayar semua pesanan dia” dan aku pergi.
Hari keenam.
Ketika aku mau membayar kopiku dan kopinya, semua pesanan sudah di bayar
“Semua pesanan kamu sudah di bayar sama dia, berterimakasih lah sama dia”
Hari ketujuh
Dia sibuk dengan catatan-catatannya, setelah aku habiskan kopiku aku pergi. Dipintu keluar dia memanggilku.
“A... Hp nya jatuh” kata dia
Aku berhenti dan memutarkan kepala, mengarahkan pandangan kepadanya dan berkata
“ Oh ya....!... Oh... iya....! sebenarnya aku sengaja menjatuhkan Hp itu, aku sudah membuatkan video enam hari pertemuan aku dengan kamu, coba kau lihat....!” Dia melihat video yang berisi tentang kesedihan dan harapanku
Bila kematian adalah jarak paling dekat yang bisa aku jumpai, maka berjumpa denganmu adalah kenangan terindah. Usah lagi kau kucurkan air mata, kenangan adalah jarak terjauh yang tak dapat kita tempuh. Tersenyumlah seperti bunga, mekar meski senja akan pergi. Merekahlah meski cahaya telah tiada. Tuhan itu Maha indah, dan kau adalah keindahan bukti ciptaan-Nya.


No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK