MA YAN
Perensi; Isyfi Agni
Akibat
dari perbuatan tangan seorang pemimpin besar China, Mao Zedong.Demi ambisinya
untuk meningkatkan produksi baja, maka diubahnya beberapa desa di china menjadi
wilayah tungku peleburan besar.Sehingga perbuatannya itu berdampak pada dataran
subur China, yang berubah derastis menjadi dataran penuh dahaga,penuh dengan
krisis kemiskinan,kebodohan karena tingkat pendidikan kurang dan lapangan
pekerjaan yang terkikis habis karena kini lahan pertanian para petani berubah
menjadi dataran yang tak berguna bahkan kini hanya tersisa tanah gersang
berpasir yang jarang tersiram oleh air hujan.Pemerintah telah merampas hak
pendidikan para anak-anak di sana karena minimnya anggaran pendidikan yang di
berikan.Demikianlah disentegrasi sistem pendidikan terus terjadi dan berpotensi
menambah jumlah anak putus sekolah.
Nampaknya hal itu juga berdampak pada
rendahnya tingkat pendidikan di pedalaman China.Menurut tradisi daerah
pedalaman China seorang gadis harus di jodohkan, jika tidak maka dia harus
mencari jodohnya sendiri dan itu merupakan aib bagi setiap keluarga yang tidak
menerima perjodohan.Begitupun dengan Bai Juhua diusianya yang ke 16 tahun,ia
dengan terpaksa harus menikah dengan pemuda veteran miskin bernama Ma Dongji,
yang berusia 23 tahun.mereka berdua dikaruniai 3 orang anak yaitu Ma Yan,Ma
Yichao dan Ma Yithing.Mereka tinggal di tanah yang berukuran 2 mu,dan lahan
pertanian mereka yang hanya berukuran 6 mu,kebutuhan sehari-hari mereka
diandalkan dari lahan pertanian itu dan buruh upah hasil konstruksi bangunan Ma
Dongji.Penghasilan dari itu semua jauh untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
keluarga Bai Juhua bahkan sangat kurang,tidak jarang Bai -Juhua dan Ma Dongji
harus rela menahan lapar supaya anak-anak mereka makan.
Kemiskinan juga yang membuat Pendidikan
menjadi kebutuhan mewah yang terpinggirkan,namun dengan tekad yang kuat ,Bai
Juhua ingin anak-anaknya dapat mengubah masa depan yang suram menjadi masa
depan yang cerah.Maka ditanamkan dalam dirinya dan suaminya untuk bekerja keras
demi terpenuhinya biaya pendidikan.Mereka tidak mau nasib anak-anaknya seperti
orang tuanya yang bahkan tak bisa membaca dan menulis akibat dari kebodohan
yang mengatas namakan kemiskinan.
Ma Yan dengan segala tekad yang ada
berusaha untuk berjuang merentas mimpi untuk mewujudkan cita-citanya.Bersama adiknya
Ma Yichao,Ma Yan bersekolah di Yuwang.Sebuah kota kecil yang merupakan pusat
perdagangan bagi daerah sekitarnya.Jarak sekolah menuju rumahnya tidaklah mudah
dengan jarak 20Km dan medan yang berbukit terjal dari rumah menuju sekolah ia tempuh
dengan berjalan kaki bersama adiknya.Itu dilakukan karena tidak adanya ongkos
untuk membayar traktor untuk mengantar mereka ke sekolah.
Disana mereka tinggal di asrama selama 5
hari dan dua hari tersisa untuk libur dan pulang ke rumah.Biaya yang di
perlukan selama tinggal di asrama adalah senilai 200 yuan per semester itu
termasuk dengan biaya registrasi dan biaya buku.Penghuni asrama juga diwajibkan
untuk membawa satu karung yang berisi 25 Kg beras dan menyerahkan pada pihak
sekolah tiap awal semester.Atas dasar itu maka para siswa akan mendapatkan
jatah satu mangkuk nasi setiap harinya bila ingin tambahan sayur maka harus
membayar sepuluh fen.Dengan uang sakunya yang hanya bernilai 1 yuan seminggu,
maka diaturnya sedemikian rupa uang saku itu untuk membeli sayur tambahan
supaya nasi terasa sedap di makan .Ibu mereka Bai Juhua selalu membekali mereka
dengan 2 kotak roti yang berisi masing-masing 7 buah roti kukus sederhana
sebagai teman pengganjal perut mereka agar tidak lapar pada saat belajar malam.
Suatu ketika Ma Yan menginginkan sebuah
pulpen seharga dua yuan,dengan tekad yang kuat Ma Yan rela tidak makan dengan
sayur bahkan tidak juga dengan garam selama 3 minggu,akhirnya dengan
perjuangannya itu Ma Yan mendapatkan pulpen tersebut,ia rela meski harus makan
nasi tanpa rasa bahkan perjuangan berpuasa menahan rasa lapar.
Telah terbayang dalam fikiran Ma Yan untuk
dapat menulis dengan pena bagus diatas catatan dan akan dia tuliskan segala
tentang dirinya,betapa menyenangkannya ketika Ma Yan dapat berbagi tentang
kisah hidupnya diatas catatan itu dan akan dilihatnya lagi suatu saat nanti
sebagai kenangan.
Dengan segenap kekuatannya Ma Yan belajar
dengan sungguh-sungguh.Tak ada kesempatan untuk bermain-main,dia meyakini bahwa
dia harus belajar dengan keras demi mewujudkan cita-cita dan harapan
ibunya,takkan dia buat perjuangan dan kerja keras ayah ibu menjadi sesuatu yang
sia-sia,tapi semuanya tidaklah mudah, Ma Yan dengan kerja keras dan perjuangan
belajarnya pernah mengalami beberapa kegagalan.Kecaman-kecaman dan hujatan
serta kata-kata yang ibu lontarkan membuat Ma Yan harus berjuang lebih keras
lagi untuk mencapai harapan dan cita-cita yang diinginkan.Dengan kejamnya ibu
pernah menyuruh Ma Yan untuk berhenti sekolah dan tetap bekerja di rumah,namun
dengan kemurahan allah,ibu akhirnya mengizinkan Ma Yan untuk tetap meneruskan
sekolahnya.Dengan segenap kekuatannya ibu mencari peruntunag lebih untuk dapat
melunasi biaya pendidikan Ma Yan dengan bekerja sebagai pemetik sayur facai di
daerah pegunungan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.Ma Yanpun berusaha
lebih giat lagi belajar dan akhirnya dia mendapatkan nilai tertinggi di
kelasnya.
Betapa besar perjuangan seorang ayah dan
ibu dalam memperjuangkan kehidupan anak-anaknya,begitu pula yang dilakukan oleh
Bai Juhua,dia tahu bahwa penghasilan suaminya tak mungkin memenuhi segala
kebutuhannya hingga ia rela menjadi pemetik sayur facai yang bertempat di
gunung yang jauh dari rumah.Dengan tangan-tangan kasarnya Bai juhua memetik
sayur facai sebanyak mungkin agar ia dapat membawa uang sejumlah 60 yuan per
dua minggu untuk biaya sekolah dan uang tambahan kehidupan sehari-hari
keluarganya.
Tak lagi dirasakannya sakit perut kronis
yang ia derita,serta tangan-tangan yang membengkak karena terlalu lama memetik
sayur facai,semuanya bak sahabat yang setia menemani Bai Juhua.Itu semua demi
anak-anaknya,ia tak mau melihat anak-anaknya kelaparan dan ia tak mau melihat
lagi kemuraman masa depan anak-anaknya seperti nasib dirinya yang bodoh dan tak
berpendidikan.
Hingga pada suatu ketika ada tim ekspedisi
kecil dari prancis yang hendak melakukan penelitian di desa tersebut,mereka
hendak pergi untuk pulang kembali ke negara asal mereka.
Dilihatnya
orang-oarang asing itu oleh Bai Juhua.Dia melihat dengan jelas lewat mata dan
penampilan juga pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan pada orang desa.Itu
menandakan bahwa mereka bukan orang sembarangan,pastilah mereka adalah
orang-orang pandai.
“mereka harus tahu bahwa Ma Yan adalah
gadis terpintar di desa itu,mereka harus bertemu Ma Yan anakku,” fikir Bai
Juhua dalam hati
Dengan segenap kekuatan Bai Juhua
mengejar mobil mereka yang berjalan tak jauh di depannya,hingga akhirnya mobil
orang asing itu berhenti dan mereka menghampiri Bai Juhua Dengan mengajak
berbicara kepadanya menggunakan bahasa yang tak di mengertinya.Lalu Bai Juhua
mencoba menarik salah satu dari anggota tim ekspedisi itu menuju
rumahnya,dengan terpaksa tim ekspedisi itu mengikuti Bai Juhua karena mereka
takut wanita itu membutuhkan pertolongan atau apapun yang tak bisa dilakukannya
sendiri.Diikutilah Bai- Juhua oleh tim ekspedisi itu.Bai Juhua mencoba
menunjukan sesuatu kepada sekelompok orang asing itu.Sesuatu itu adalah berupa
3 buku catatan harian Ma Yan yang hendak di berikan kepada mereka agar mereka
tahu bahwa di desa ini ada gadis pintar yaitu Ma Yan,itu dilakukan Bai Juhua
sebab Ma Yan sedang tidak ada di rumah dan Bai Juhua tak mau membuat
orang-orang asing itu lama menunggu lalu mereka pergi meninggalkannya.
Dengan segala hormat tim ekspedisi itu
menerima catatan-catatan pemberian Bai Juhua. lalu dibawalah catatan-catatan
itu,tak lama kemudian mereka berlalu dan pergi pulang ke negara asal mereka,
meninggalkan desa itu.Mereka tahu bahwa wanita itu memberitahu sesuatu lewat
buku catatan-catatan itu,dan mungkin itu adalah hal yang amat sangat penting
dan mendesak bagi dirinya yang berhak dibagikan kepada banyak orang.
Sesampainya di negara asal Prancis yaitu
Pier Haski salah satu dari anggota ekspedisi itu membuka dan membaca seluruh
catatan itu,.Didapatinya cerita gadis kecil pedalaman China yang berjuang
meraih pendidikan ditengah-tengah kemiskinan serta sosok ibu yang selalu menguatkan
putrinya dengan segala ketegarannya.Tanpa lelah dia mendampingi putrinya dan
mengantarkan putrinya menuju masa depan yang gemilang.Bahwa telah ditemukannya
seorang ibu di belahan sudut terjauh bumi yang terabaikan,ada seorang ibu yang
dengan segala keterbatasannya berjuang sepenuh daya membuka pintu pendidikan
bagi anak-anaknya dia meyakini bahwa pendidikan adalah jalan melepaskan diri
dari kesengsaraan dan ketertindasan.Perjuangan itu sangatlah tidak
mudah,menguras kekuatan fisik,menderakan penderitaan,menggoyahkan ketabahan dan
mengundang rasa putus asa di setiap langkah.Dan seorang ibu buta huruf dengan
kekuatan tangannya memperjuangkan semua itu demi anak-anaknya.
Pier haski lalu merenung dan tertegun
sebentar,meneguk segelas kopi hangat diatas meja redaksinya.
“Dunia harus tahu kisah ini,akan ku
ceritakan pada dunia bahwa ada seorang ibu dan anak yang memperjuangkan hidup
dan pendidikan,mereka adalah satu dari beribu kisah lain yang harus menerima
akibat dari pemimpin tak bertanggung jawab,pemimpin yang bahkan tak
berperikemanusiaan dengan teganya mereka telah merampas hak-hak mereka”
Menyampaikan kisah itu kepada mereka
serupa botol yang dilempar kelautan.Botol itu terapung-apung diatas ketidak
pastian.sebuah botol yang tak memiliki pilihan,namun botol yang sama memiliki
keyakinan.Dan keyakinan itulah yang akan mengantarnya menuju kepada sang
penemunya.
Penemu,seseorang yang entah berada di
daratan atau di samudera yang mana.Penemu itu bisa jadi seorang yang tak peduli
dan mengabaikan kisah itu.Tapi, juga terbuka kemungkinan ia adalah seorang yang
akan menjadi juru selamat,menjadi kunci bagi sebuah pintu menuju sebuah jalan
keluar ,entahlah??
No comments:
Post a Comment