Episode pra akhir tahun 2013 ini diakhiri dengan rangkaian aktifitas Kongkow bareng temen-temen Sabalad dari kampus ISI Solo "Agung Syarif Nur Hidayat dan UGM Jogjakarta "Athif Raihan Nasir.
Doc. Athif Raihan Nasir |
Tema yang diusung adalah "pencarian jati diri". Tema ini tak asing kiranya dalam telinga, dan setiap manusia pasti melewati hal semacam itu.
Melancong ke jembatan Suramadu menjadi prioritas, selain icon kota Surabaya dan Madura, kata "Jembatan" memunyai makna filosofis yang sangat dalam dan perlu untuk dihayati.
Tujuan dari pembuatan jembatan ini adalah untuk mempercepat laju pembangunan di Madura baik perekonomian ataupun infrastruktur.
Jembatan adalah penghubung. Seperti kalimat-kalimat "Menjembatani antara si kaya dan si miskin, membuat jembatan informasi kepada rakyat" dan kalimat lainnya. Sejauh apa pun jarak antara dua perbedaan, tetap harus ada jembatan yang menghubungkan. Katakan saja antara laki-laki dan perempuan yang dijembatani oleh cinta.
Doc. Athif Raihan Nasir |
Panjang jembatan Suramadu 5,438 KM. Hal ini tentu memakan biaya yang sangat mahal, hingga kurang lebih 4,5 triliun rupiah; 450.000 ton beton dan 50.000 ton baja, semen adonannya pun diciptakan khusus sehingga tidak hanya kuat dan tahan terhadap air asin juga tahan terhadap sulfat, saat berada di dalam laut otomatis larutan semen tersebut akan membentuk lapisan pelindung atau film yang bisa menghalangi air laut masuk dan menembus rangka baja kaki jembatan. Karena kualitasnya itu maka Jembatan Suramadu akan tahan terhadap tabrakan Kapal berbobot mati hingga 2000 ton.
Awal pembangunan jembatan suramadu diresmikan pada 20 Agustus 2003 oleh mantan Presiden Indonesia Megawati Soekarno Putri pada dan diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain sebagai infrastruktur, jembatan Suramadu sekarang telah menjadi wisata kota. Dengan khusus orang-orang dari berbagai daerah datang ke Surabaya dan Madura hanya untuk melihat jembatan Suramadu.
Doc. Athif Raihan Nasir |
Satu lagi yang sekarang menjadi fenomena sosial yaitu wisata religi. Jika sebelumnya rute ziarah hanya Wali Sanga yang berakhir di Sunan Ampel (Rute Jawa Barat), sekarang bertambah rute ke Madura mengunjungi Syaikh Khalil. Tentu hal ini menjadi aset tambahan dari segi pendapatan ekonomi.
Doc. Athif Roihan Nasir |
Pencarian jati diri tentu tidak berkahir disini, dalam cerita ini. Kegiatan diskusi menjadi suatu yang hangat lebih dari Teh Anget (Bhs. Jawa), namun menjadi hal panas seperti kopi (Bagi penggemar kopi).
Penutup dari bagian ini, "Siapa pun kita, hidup-hiduplah untuk menjembatani kehidupan; pendidikan, perekonomian, pembangunan, informasi, dan apapun hingga egoisentris kepribadian, agar tercipta keharmonisan sesama manusia."
Bisa dilihat cahaya lampu dijembatan Suramadu diwaktu malam, dihasilkan dari bias dan warna lampu yang berbeda sehingga itu menjadi suatu komposisi yang indah ketika dipandang dari jarak jauh. Perahu nelayan yang berlayar dipantai Selat Madura menambah komposisi harmonis hidup; hidup harus saling; saling untuk mengasihi dan saling berbagi untuk kesejahteraan bersama antas nama Indonesia, atas nama manusia, serta atas nama semesta. Tidak ada jembatan untuk yang berfungsi untuk memisahkan, jembatan diciptakan hanya untuk menyatukan.
Doc. Athif Roihan Nasir |
_____________
Surabaya
Plural Room
KM: 02.54
No comments:
Post a Comment