1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii


Perkembangan industri dewasa ini sangatlah pesat; handphone, TV, Laptop, Tablet, dll (dan lupa lagi). Cukup berimbang dengan penggunaannya, dari mulai anak kecil berumur secetek tahun hingga kakek-kakek sekalipun dapat menggunakan perabotan ini. Perkembangan ini Diimbangi pula dengan perekembangan mediamassa, hingga dari belahan bumi manapun manusia dapat mengakses apa-apa yang dianamakan dengan pengetahuan. 

Tepat, kalau dulu kita hanya dapat mengakses berita dari koran, buku dan macam media cetak lainnya. Sekarang kita dapat mengakses itu semua dengan satu kali klik (Internet).

Sangatlah penting bagi kita untuk terus mengikuti perkembangan itu, dan jauh penting lagi bagi kita untuk dapat menggunakan serta memanfaatkannya. Dalam contoh-contoh hasil industri yang saya sebutkan diatas, tentu ada hubungannya dengan media massa. Jika harus saya deskripsikan satu persatu tentang pengertian media massa, maka Kata media massa berasal dari medium dan massa. Kata “medium” berasal dari bahasa latin yang menunjukkan adanya berbagai sarana atau saluran yang diterapkan untuk mengkomunikasikan ide, gambaran, perasaan dan yang pada pokoknya semua sarana aktivitas mental manusia. Sedangkan kata “massa” yang berasal dari daerah Anglosaxon berarti instrumen atau alat yang pada hakikatnya terarah kepada semua saja yang mempunyai sifat massif. Tugasnya adalah sesuai dengan sirkulasi dari berbagai pesan atau berita, menyajikan suatu tipe baru dari komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan fundamental dari masyarakat dewasa ini.

Jika kita kategorikan, koran, buku, tabloid, majalah, dll. Merupakan dari media massa modern. Nah, dari media massa modern dibagi lagi, ada yang persi cetak dan persi elektronik. Persi cetak maksudnya diaskses menggunakan mesin pencetak, sedangkan elektronik yang kita akses via handphone, dan komputer. 

Sangat mudah untuk membedayakannya bukan?.

Selain media massa modern, ada pula yang dikategorikan pada media massa tradisional, seperti: wayang, lenong, dll. Alias dan lupa lagi. Sebagian dari media massa modern masih diperagakan dalam kehidupan kita, namun animo masyarakat untuk saat ini sangatlah minim jika dibandingkan dengan dahulu kala. Sebab manusia-manusia sekarang menggunakan sebagian waktunya untuk bekerja. “Time is money” dalam bahasa inggrisnya. Atau kata anak muda yang alay dan tidak perpendidikan dibilang Katro, Ndeso. Padahal itu suatu kekayaan bangsa bukan…! ciri khas bangsa Indonesia.

Manusia sekarang, kebanyakan hidupnya pengen serba instan. Dari mulai Mi Instan, nyuci instan, makanpun serba instan, termasuk berpendidikanpun serba instan. Berpendidikan haruslah berpengatahuan. Untuk perbedaan pendidikan dan pengetahuan kawan-kawan cari sendiri saja. Karena pembahasan saya bukan disitu. Itu hanya sebatas senggolan.

Manfaat dari media massa sangtalah banyak. Diantarnya:
  • 1.       Memperluas cakrawala pemikiran.
Akses pengetahuan saat ini sangatlah mudah. Tanpa pernah kita ke Arab, Amerika, Australia, barang tentu kita dapat mengetahui bentuk dan rupa mereka sedetail mungkin. Orang-orang Arab sana menulis tentang Mekah, Ka’bah, gunung Tursini plus-plus dengan photonya kemudian dibagikan dimedia massa elektrokin. Tentulah itu menjadi pengetahuan baru bagi kita. Dan pikiran kita sudah sampai disana tanpa perlu kita merogok rupiah yang cukup banyak untuk pergi ke tempat yang kita tuju. Tinggal klik.
  • 2.       Media massa dapat memusatkan perhatian

Semua orang membicarakan Anas Urbaningrum, Abraham Samad, Susilo Bambang Yudhoyono, ketika media massa elektronik mengupas tuntas habis-habis perkara mereka. Contoh yang menjalar dimasyarakat adalah TV. TV menjadi barang yang wajib ada disetiap rumah. Pastinya orang-orang yang menonton TV menyaksikan prilaku presiden mereka ketika di kupas tuntas di TV.
  • 3.       Media massa mampu menumbuhkan aspirasi
Hubungan pemerintah dengan masyarakat dapat terjalin dengan mudah ketika media massa memberikan informasi tentang kebijakan-kebijakan pemerintah. Pembangunan perekonomian berdasarkan konsep-konsep yang diusung pemerintah akan mudah terwujud dan diapresiasi oleh rakyatnya. Itu karena masyarakat mengetahui.

4. Media massa mampu menciptakan suasana membangun peran pendidikan tidak hanya dipikul oleh dunia pendidikan formal seperti sekolah. Karena tugas mendidik merupakan kewajiban setiap manusia. Begitupun media massa.Media massa merupakan alat     komunikasi     yang dapat  berfungsi  untuk memotivasi perlunya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Karenanya dengan penyampaian informasi, gagasan, inovasi dan pendapat, media massa berusaha memberi motivasi kepada komunikan sehingga terjadi perubahan diri. Untuk itu media massa hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
  1. Pesan   atau ajakan yang disampaikan harus dapat menimbulkan perasaan tertentu pada masyarakat;
  2. Pesan atau ajakan itu hendaknya berisi lambang-lambang atau tanda-tanda komunikasi sesuai dengan daya tangkap,  daya serap dan daya nilai sebagian besar masyarakat terutama golongan masyarakat yang dituju;
  3. Pesan atau ajakan itu membangkitkan kebutuhan dan keinginan tertentu pada sasaran dan kemudian menyarankan upaya untuk pemenuhan harapan masyarakat;
  4. Pesan itu membangkitkan harapan komunikan.
Pada tulisan saya sebelum-sebelumnya dan entah yang mana. Saya sedikit mampir kedunia sastra. Sejatinya sastra yang mempunyai garapan tulis menulis dari mulai ilmiah, fiksi dan non-fiksi, tentu ikut andil dalam media massa. Maknya tulisan kali ini saya berijudul “SASTRA MEDIA”.

Ilham untuk menulis ini karena kebiasaan saya berselancar di media massa versi elektronik yang dinaman dengan FB, dan Twitter. Hebatnya twitter mampu menjadi tongga revolusi di Arab, itu karena diapresiasi masyarakatnya. Intinya sastra mempunyai pengaruh dalam dunia perpolitikan, salah satunya.

Dalam dunia per-FB an, kita mengenal yang namanya status, dan up date status. Berlaga seperti sastrawan, saya sering menulis status-status yang lebih berbau puisi, atau cerita-cerita yang saya sebut dengan prosa. Andai kita pahami, setiap dari tulisan yang kita tulis dalam status-status itu adalah bagian dari sastra, ditinjau dari tulisannya. Dari segi pengelompokannya, biarlah teori sastra yang berbicara.

Berpikir lebih kritis lagi tentang sebuah status FB dan twitter. Maka bisa kita jadikan sebagai ajang untuk berpendidikan dan mendidik. Berbagai macam pengguna FB; dari mulai orang Sunda, Jawa, Madura, Kalimantan, Aceh, NTB, hingga hampir seluruh orang didunia ini melakukan komunikasi dengan FB dan nulis status didalamnya. Dan menobatkan pembuat FB sebagai jajaran orang kaya didunia. Dari perbedaan suku dan bangsa tersebut maka kita bisa membaca karekter yang hadir dalam setiap daerah, baik dari karakter dialektika, budaya hingga Psikologi orang tersebut.  Karena setiap dari tulisan dapat mencerminkan kebudayaan maupun kedaan jiwa seseorang.

Status “Saya pengen makan” misalnya, berarti kita tarik kesimpulan si Anu sedang lapar. “Saya ingin tidur” berarti si Anu ngantuk, dan banyak tulisan-tulisan lainnya. Namun ketika dianalogikan dalam sastra, berdasarkan pendapat saya itu kurang mubalaghah (kurang keindahan katanya) lebih mirip dengan percakapan sehari-hari. Andai kita dapat sedikit mengecap pembendaharaan dan sentuhan-sentuhan keindahan kata, maka status itu bisa kita udah dengan kategori sastra puisi “Perutku menjerit-jerit meminta nasi”, “Mataku terkantuk-kantuk meminta untuk kembali keharibaan semesta”. Betapa keindahannya menggebu-gebu, bukan? Lebar ber-ROSO dibandingkan dengan status “Saya Pengen makan dan saya ingin tidur”.

Hal semacam itu bisa dan sangat bermanfaat bagi kita untuk menambah kepekaan dalam bersastra-ria. Dan saya kita itu tidak mengurangi maksud dan tujuan dari kata yang sebenarnya.
Kalau dibangku sekolah kita mengenal metafor dan personifikasi dalam bentuk teori, maka di status FB lah bentuk aplikasinya. Ya memelajari teori ya mengamalkan teori. Kok bisa? Bisa dong…. kalau tidak percaya. Coba aja temen-temen cuplik salah satu tulisan saya di FB (Promosi) kemduian teliti puisi-puisi statusnya, apakah itu dikategorikan metafor, personifikasi, ironi, sarkasme, dll. Disitu antara berpendidikan dan mendidik berjalan berbarengan.

Bagi temen-temen yang pernah baca sejarah sastrawan Arab, dulu mereka mengapresiasi tulisan-tulisan syairnya dengan cara menggantungkan tulisan-tulisan mereka di dinding Ka’bah. Itu karena Ka’bah merupakan pusat tempat orang-orang berpusat alias berkumpul. Kalau dalam ilmu tubuh namanya Jantung. Seluruh orang-orang Arab membaca syair di ka’bah. Maka ka’bah menjadi tempat bergengsi dan paling bergengsi. Tempat bersaingnya sastrawan Arab dalam menorehkan kebolehannya dalam menulis syair. Tapi itu dulu sebelum Nabi Muhammad datang dengan Mujizatnya Al Quran. Nah, kalo sekarang kita mesti menggantungkan syair dimana?

Untuk pertanyaan diatas saya jawab di media massa; FB, Twitter, Blogg, dll. Inilah jalan untuk menorehkan kreativitas kita tanpa batas. Pun demikian bisa diakses oleh semua orang tidak hanya di Indonesia bahkan dari luar negri. Meski tidak dibayar, setidaknya kita menorehkan ilmu pengetahuan dalam rangkan “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Tidak ada alasan untuk tidak menulis, bacnyak ruang kosong yang mesti kita isi. Dan semakin banyak kita menulis semakin banyak pendidikan yang kita dapat. Semanyak banyak kita berbagi pengetahuan semakin banyak pulalah pengetahuan kita. Semakin banyak kita menulis untaian kata sastra semakin pekalah keindahan tulisan kita. Semakin kita banyak menulis sastra semakin pahamlah kita akan hakikat hidup ini. Dimulai dari sebuah status yang kadang tak dihiraukan orang lain, dimulai dari kata-kata yang bisa menjadi luar biasa, dimulai dari sini “SASTRAMEDIA”.

Dan kita bukan orang yang menggunakan kepesatan teknologi tanpa daya guna. Tapi kita adalah orang yang menggunakan teknologi dengan menggunakan daya kreativitas yang ber-DAYA dan ber-Guna. Bermanfaat buat kita pribadi dan orang lain.

Selamat menulis, selamat berkarya, dan selamat menginspirasi.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK