1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii

 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

 

Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan, makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat. Rasanya tidak ada yang mengingkari apalagi menolak, terhadap arti penting dan signifikansi pendidikan terhadap individu dan juga masyarakat. Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan manusia agar manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, dengan adanya pendidikan manusia akan mampu melakukan apapun yang dia inginkan, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya serta mengembangkan akal pikirannya sehingga dalam melakukan segala sesuatu manusia tidak mengalami kesalahan yang fatal.1

 

Salah satu tokoh yang membahas mengenai pendidikan yakni Ibn Khaldun, dia diketahui sebagai ahli filsafat dari sosiolog muslim. Pikirannya yang membentuk kita mengerti bahwa sangat perlunya pendidikan sebagai peroes manusia yang secara ingat untuk dimengerti, menyerap dan merenungkan dalam suatu kasus-kasus alam yang terjadi sepanjang masa. Maka dari hal demikian itu, pendidikan merupakan gejolak masyarakat sebagai ciri khas corak manusia.2

 

Ibnu Khaldun adalah seorang sarjana muslim yang selalu berpikir dan mengembangkan konsep-konsep dan pemikiran untuk kemajuan pendidikan Islam. Beliau berpendapat bahwa pendidikan

 

1 Burhanuddin, H. (2015). Dekontruksi Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan. EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam (e-Journal), 3(2), 894-908

 

2  Komarudin, K. (2022). Pendidikan Perspektif Ibnu Khaldun. PANDAWA, 4(1), 23-41.

 

 

1


 

 

 

 

berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, maka pendidikan akan mengarahkan pada sumber daya manusia yang berkualitas (Masaruddin Siregar, 1999: 4). 3

 

B. Rumusan Masalah

 

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan , maka rumusan masalah yang kemudian muncul diantaranya:

 

1.      Bagaimana biografi ibnu khaldun

 

2.      Apa saja karya-karya ibnu khaldun

 

3.      Bagaimana konsep pendidikan menurut ibnu khaldun C. Tujuan Pembahasan

 

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

 

1.      Untuk mengetahui biografi ibnu khaldun

 

2.      Untuk mengetahui karya – karya ibnu khaldun

 

3.      Untuk mengetahui konsep pendidikan menurut ibnu khaldun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3  Afifah, N. (2012). Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

 

 

2


 

 

 

 

BAB II

 

PEMBAHASAN

 

A. Biografi Ibnu Khaldun

 

Ibnu khaldun dilahirkan di Tunisia pada 1 ramadan 732 H/27 Mei 1332 M. keluarganya termasuk salahsatu keluarga Andalusia yang berhijrah ke Tunisia pada pertengahan abad ke-7 H. nama lengkapnya Waliyyudin Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abdurrahman ibn Khaldun. Ia menyebut asal usulnya dari bangsa Arab Hadramaut, dan silsilahnya dari Wail ibn Hajar. Untuk hal ini ia mempercayai laporan pakar silsilah Andalusia, Ibnu Hazm. Namun dia meragukan otensitas jalur silsilah ini dan percaya bahwa banyak nama tidak dimasukkan ke dalamnya. 4

 

Ibnu Khaldun adalah seorang tokoh besar di dunia Islam yang telah berhasil memaparkan buah pikirannya dalam kitab Mukaddimah, karya monumentalnya ini telah mengangkat nama dan martabatnya di dunia keilmuan, sehingga pemikir-pemikir Barat mengakuinya sebagai seorang pemikir yang sangat dikagumi pada masa itu. Ibnu Khaldun juga dikenal sebagai seorang tokoh politik yang cerdas dan ikhlas dalam menjalankan segala aktivitasnya sehingga ia menjadikan politik sebagai ilmu yang didasari dengan bermusyawarah serta dalam menetapkan sesuatu berdasarkan ilmu dan logika.5

 

Pemikir Barat yang memberikan pengakuan terhadap kebesaran Ibnu Khaldun di antaranya adalah Charles Issawy, ia mengatakan bahwa tidak berlebihan jika Ibnu Khaldun disebut sebagai tokoh besar dalam ilmu-ilmu kemasyarakatan dan ia berhak mendapatkan perhatian setiap orang. Bahkan Ibnu Khladun melebihi pengarang-pengarang Eropa dan Arab sezamannya, kelebihan Ibnu Khaldun adalah mampu memecahkan persoalan yang dihadapi umat pada saat itu. Guru pertama Ibnu Khaldun

 

4  Enan, M. A. (2013). Biografi Ibnu Khaldun. Serambi Ilmu Semesta.

 

5  Nurainiah, N. (2019). PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN. Serambi Tarbawi, 7(1).

 

 

3


 

 

 

 

adalah ayahnya sendiri. Sejak kecil, ia sudah mampu menghafal al-Qur`an dan menguasai tajwid. Selain itu, ia juga menuntut Ilmu Agama, Fisika dan Matematika dari sejumlah ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia. Karena kecerdasannya Ibnu Khaldun selalu mendapatkan nilai yang memuaskan dalam semua bidang studi. Latar belakang kehidupan yang dijalani Ibnu Khaldun sangat berpengaruh terhadap pola piker dan kepribadiannya. Ibnu Khaldun selalu berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya serta berbagai jabatan yang pernah ia duduki dengan berbagai persoalan pemerintahan yang dialami mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran-pemikiran dan analisanya terhadap suatu masalah, sehingga dikagumi di dunia Timur dan Barat sebagai peletak dasar-dasar filsafat sejarah dan sosiologi.

 

Dari kisah yang panjang tentang Ibnu Khaldun, setidak-tidaknya dapat dikelompokkan kedalam tiga periode yang amat penting yakni:

 

1.      Masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar al-Quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.

2.      Ibnu Khaldun terjun dalam dunia politikdan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat(Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya,Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.

3.      Ibnu Khaldun keluar penjara, Ibnu Khaldun berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan.6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6 Nahrowi, M. (2018). Konsep Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ibnu Khaldun. FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 77-90.

 

 

4


 

 

 

 

B.   Karya – Karya Ibnu Khaldun

 

Karya – karya ibnu khaldun antara lain :

 

1.      At Ta‟riif bi Ibn Khaldun(sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya);

2.      Kitab Al-Ibar (tujuh jilid) yang menjadi Kitab al Ibarwa Diwanul

 

Mubtada “awil Khabar fi Ayyamil Arab wal Ajam wal Barbarwa Man

 

Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar”.

 

3.      Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi).

 

4.      Muqaddimah” memuat pokok-pokok pikiran tentang gejala-gejala sosial kemasyarakatan, sistem pemerintahan dan politik di masyarakat, ekonomi dalam individu, bermasayarakat dan bernegara, gejala manusia dan pengaruh faktor lingkungan geografis serta paedagogik dan ilmu pengetahuan beserta alatnya.

 

 

C.    Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun

 

Pengertian pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “Penerangan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta berbagai aspeknya pada karya nyata untuk memperoleh rizki menuju kepada masyarakat lebih maju sesuai dengan kecenderungan individu”.7 Sebelum manusia tamyiz, dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap sebagian dari binatang. Asal usul manusia diciptakan dari setetes air mani (sperma), segumpal darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa dan mentalnya. Adapun yang dicapai sesudah itu adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepadanya.

 

Pada kondisinya semula sebelum mencapai tamyiz, manusia adalah materi seluruhnya karena ia tidak mengetahui semua pengetahuan yang

 

 

 

 

7  Rohmah, S. (2012). Relevansi Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dengan Pendidikan Modern. Edukasia Islamika, 10(2), 70238.

 

 

5


 

 

 

 

dicari melalui organ tubuhnya sendiri. Maka kemanusiaannya pun mencapai kesempurnaan eksistensinya.8

Ibnu khaldun juga berpendapat bahwa dari balik upayanya untuk mencapai ilmu itu, manusia bertujuan dapat mengerti tentang berbagai aspek pengetahuan yang dia pandang sebagai alat yang membantunya untuk bisa hidup dengan baik di dalam masyarakat maju dan berbudaya.

1. Pengertian Pendidikan

 

Di dalam kitab Muqaddimahnya, Ibnu Khaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas, ia hanya memberikan gambaran-gambaran secara umum seperti: “Barang siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zamannya”. Maksudnya, barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh serta tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman yang akan mengajarinya.9

 

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan menurut Ibnu Khaldun mempunyai pengertian yang cukup luas. Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, akan tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia secara sadar menangkap, menyerap dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman.

2. Tujuan Pendidikan

 

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tujuan pendidikan pertamatama adalah memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena dia memandang aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan ini akan mendapat faedah bagi masyarakat, pikiran yang

 

8  Ibid.

 

9  Nurainiah, N. (2019). PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN. Serambi Tarbawi, 7(1).

 

 

6


 

 

 

 

matang adalah alat kemajuan ilmu dan industri dan sistem sosial. Karena ilmu dan industri lahir di dalam masyarakat disebabkan oleh aktifitas pikiran insani ini. Sedangkan manifestasi terpenting dari aktifitas pikiran ini adalah usaha mencapai ilmu pengetahuan.

Ibnu khaldun tidak memisahkan antara teori dan praktek, bahkan mengaitkan antara keduanya secara bersama-sama untuk memperoleh keterampilan atau untuk menguasai pengetahuan, dengan anggapan bahwa makhluk yang terbentuk dari perolehan keterampilan atau penguasan pengetahuan, tidak lain merupakan suatu perbuatan yang bersifat fikriah jasmaniah sehingga pengetahuan yang didapat melekat dengan kuat. Menurut Ibnu Khaldun tujuan dunia akhirat harus dicapai, selanjutnya pendidikan menurut Ibnu Khaldun harus sesuai dengan anak didik.

 

Salah satu hasil pikiran Ibnu Khaldun adalah tujuan pendidikan yang terdapat dalam Nahrowi yang terbagi menjadi enam tujuan,10 diantaranya:

 

a.

Menyiapkan

seseorang

dari

segi keagamaan

dengan

 

memperkuat keimananya

 

 

 

 

b.

Menyiapkan

seseorang

dari

segi akhlak

 

c.

Menyiapkan

seseorang

dari

segi kemasyarakatan atau social

d.

Menyiapkan

seseorang

dari

segi pekerjaan

 

e.

Menyiapkan

seseorang

dari

segi pemikiran

 

 

f.    Menyiapkan  seseorangdari  segi kesenian

 

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan menurut Ibnu Khaldun tidak hanya bertujuan untuk memperoleh ilmu namun juga untuk memperoleh keahlian. Dalam pemikirannya tersebut, dapat dilihat bahwa pendidikan bertujuan untuk menyiapkan akhlak dan keimanan seseorang. Karena moral atau perilaku seseorang dapat

 

 

10  Robiah, F., & Kuswanto, K. (2022). Penerapan Pendidikan Islam Pada Peserta Didik Sejalan Dengan Pemikiran Ibnu Khaldun. Journal of Multiliteracies, 2(1), 111-118.

 

 

7


 

 

 

 

menjadi cerminan pendidikan yang ia miliki. Dengan adanya pendidikan, manusia diharuskan dapat mengaplikasikannya melalui perilaku atau moralnya dalam kehidupan sehari-hari. Tak ada pendidikan dalam pandangan siapapun yang mengajarkan untuk bersikap atau berperilaku tidak baik. Apalagi pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan manusia yang berakhlak mulia dan beramal shaleh.

 

3. Unsur – Unsur Pendidikan

 

Menurut Ibnu Khaldun dunia pendidikan khususnnya Pendidikn Islam dipengaruhi beberapa faktor sekaligus yang dapat dijadikan alasan serta sebagai dasar pertimbangan menentukan tujuan pendidikan,11 yaitu:

a.   Adanya tenaga pendidik, pada proses mendidik/mencari ilmu pengetahuan tentunya dibutuhkan seorang pendidik. Pendidik sendiri tidak dipisahkan dalam dunia pendidikan, dari merekalah peserta didik akan memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidik dalam prakteknya diharapkan mampu memberi pengetahuan yang jelas serta dalam proses pengajarannya hendaknya mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan. Seorang pendidik tidak dibenarkan memberi ilmu pengetahuan yang tidak benar dan bersikap kasar terhadap peserta didik, sebab jika ini terjadi pengaruhnya terhadap peserta didik sangat tidak baik. Peserta didik merasa dirinya diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh pendidik dan pada khirnya mereka akan terganggu perkembangan pola pikirnya

b.       Adanya pengaruh Filsafat Sosiologis, sebagaimana diketahui bahwa pengaruh filsafat dalam dunia pendidikan sangatlah penting, sebab dengan dasar filsafat maka esensi dari pendidikan akan tercapai. Filsafat sosiologis sendiri mempunyai pengaruh besar dalam dunia

 

 

11  Rohmah, S. (2017). PEMIKIRAN IBNU KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. Misykat al-Anwar, 28(1), 303-311.

 

 

8


 

 

 

 

pendidikan, tak bisa dipungkiri bahwa dalam memperoleh dan proses akhir dari pendidikan itu sendiri adanya korelasi baik antara masyarakat (kebutuhan) dengan ilmu pengetahuan, artinya dalam mencari ilmu pengetahuan dan mempelajarinya hendaknya sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, kita tak mencari ilmu jika pada kenyataannya ilmu tersebut tidak dibutuhkan oleh masyaraakat apalagi pada zaman sekarang yang semuanya berkaitan dengan teknologi

 

c.       Perencanaan ilmu pengetahuan, kiranya menjadi salah satu faktor penting dan ada keterkaitan dengan faktor pertama, karena bila dunia pendidikan tegasnya sekolah maupun perguruan tinggi tidak menyiapkan/merencanakan ilmu pengetahuan apa yang akan diajarkan kepada peserta didik, maka yang terjadi ketidakjelasan mau dibawa kemana peserta didik tersebut, dan pada akhirnya perkembangan masyarakat menjadi stagnan. Disini menurut penulis menjadi titik lemah pada instansi pendidikan saat ini, dunia pendidikan Islam belum mampu membuat satu perencanaan yang matang tentang ilmu pengetahuan terhadap peserta didik dan menjadi kebutuhan masyarakat dewasa ini

 

d.       Pendidikan sebagai aktifitas akal insani sendiri, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dua point diatas, dunia pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) hendaknya tidak bersifat memberi ilmu tapi harus mampu merangsang dan menumbuhkan aktifitas akal peserta didik. Dengan demikian, peserta tidak duduk dan mendengarkan saja tapi mereka akan befikir dengan akal/otak) tentang apa yang diberikan oleh pendidik dan akhirnya peserta dengan akalnya akan melahirkan hakikat baru dalam ilmu pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

9


 

 

 

 

4. Prinsip Prinsip Pendidikan

 

Dalam hal pendidikan, Ibnu Khaldun memandang bahwa proses belajar mengajar sebagai suatu hal yang sangat mendasar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa.12 Prinsip - prinsip tersebut secara garis besar melliputi beberapa hal:

 

a.       Adanya pentahapan dan pengulangan secara berproses, yang harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan tema-tema yang diajarkan secara bersamaan. Seorang guru hendaknya memberikan pemahaman secara bertahap mengenai permasalahan yang terdapat dalam setiap bab, tanpa memberikan keterangan yang rinci dan tanpa memberikan prioritas, tetapi dengan memperhatikan kemampuan dan daya serap siswa dari pemahaman yang diterimanya. Setelah itu pada proses kedua, seorang guru harus memberikan penjelasan yang disesuaikan dengan beberapa keterangan pada tema-tema pelajaran yang terkait. Ketiga, seorang guru hendaknya menjauhkan penjelasan yang bersifat umum dan global, serta tidak meninggalkan hal-hal yang sulit dipahami serta tidak menutup-nutupi, kecuali menjelaskan dan membuka hal-hal yang masuh terkunci.

 

b.       Tidak membebani pikiran siswa. Dalam masalah ini Ibnu Khaldun menyatakan, bahwa pemikiran manusia tumbuh dan berkembang secara berproses (bertahap). Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya. Ini semua akan kembali pada bagaimana dan sejauh mana perkembangan dan kesuksesan tersebut berkembang secara positif dan negatif. Karena itu, seorang guru hendaknya selalu mempersiapkan cara yang akan dipergunakan dan dikembangkan dalam proses memberikan pemahaman dan penerimaan ilmu secara bertahap, terutama ketika

 

 

12  Usman, I. K. (2018). Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih dan Ibnu Khaldun. Jurnal Ilmiah Iqra', 5(2).

 

 

10


 

 

 

 

ia berusaha memberikan materi baru, yang tentunya akan memberikan beban tambahan dalam proses penerimaan pengetahuan dan materi lainnya.

 

c.       Guru harus menuntaskan maretinya sampai dipahami oleh siswa dan tidak boleh pindah kemateri lain sebelum siswa memahaminya secara utuh.

 

d.       Seorang guru tidak boleh memperlakukan siswanya dengan keras dan kasar, karena tindakan tersebut akan menimbulkan rasa rendah diri dalam diri siswa dan mendorong seseorang berprilaku buruk.

e.       Harus selalu mengulang pelajaran untuk menghindari kelupaan terhadap setiap materi yang sudah dipahami oleh siswa.

 

Menurut Ibnu Khaldun seorang guru hendaknya selalu menjelaskan tujuan yang ingin dicapai secara bertahap. Apabila tidak memperhatikan hal tersebut di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar akan selalu berjalan di tempat, melemahkan pemahaman dan konsentrasi serta menjauhkan dari persiapan belajar mengajar yang seharusnya dilakukan. Dampaknya akan memberikan kesan bahwa ilmu itu sulit, dan akhirnya akan timbul rasa malas dalam diri siswa.

 

5. Kurikulum Pendidikan

 

Ibnu Khaldun dalam menyajikan kurikulumnya sangat pragmatis. Dalam Muqaddimahnya kita akan menemukan bagian Alqur’an dijadikan sebagai dasar dari semua isi pelajaran bahkan sumber daripada pelajaran dan itu harus diberikan kepada anak-anak agar memiliki pondasi yang kokoh, dikatakannya:

 

Ketahuilah bahwa mengajar anak-anak Alqur’an termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam oleh sebab meresponnya kedalam hati dari sebagian teks Hadis lalu Alqur’an dan patut didahulukan

 

 

 

 

 

 

 

11


 

 

 

 

sebelum mengembangkan kemampuan lain. Cara-cara dan metode mengajarkan Alqur’an kepada anak-anak berbeda-beda.13

Ibnu Khaldun sangat menganjurkan Alqur’an dan Hadis dijadikan sumber dari semua pelajaran terutama dari tingkat awal. Beliau menegaskan anak-anak harus diberikan pelajaran kedua sumber beralih ke pelajaran kedua sumber tersebut dengan benar sesuai dengan taraf perkembangan berpikir anak, sehingga anak memiliki dasar iman yang kuat sebelum beralih ke pelajaran yang lainnya.

 

Dalam kurikulum pendidikannya Ibnu Khaldun membagi ke dalam dua tingkatan yaitu:

 

a.       Tingkat pemula

 

Materi tingkatan pemula difokuskan pada pembelajaran Alqur’an yang merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan dan dasar bagi pelaksanaan pendidikan Islam. Di samping itu, isi

 

Alqur’an mencakup materi penanaman akidah dan keimanan dalam jiwa anak didik serta membuat akhlak mulia dan pembinaan pribadi menjadi pengabdi Allah SWT.

 

b.       Tingkat atas

 

Kurikulum pada tingkatan ini mempunyai dua klasifikasi:

 

1)     Ilmu yang berkitan dengan zatnya sendiri seperti Ilmu Syariah yang mencakup Ilmu Tafsir Alqur’an dan Qiraat Alqur’an, Ilmu

 

Hadis, Ilmu Fiqih dan cabang Hukum Waris Fiqih dan cabang Dialektika dan soal yang kontroversial, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Tabir Mimpi

 

2)     Ilmu yang ditujukan ilmu lain dan bukan berkaitan dzat Allah seperti Ilmu Bahasa dan yang berhubungan dengan itu, Ilmu

 

 

 

 

 

 

13  Ibid

 

 

 

12


 

 

 

 

Logika/Ilmu Mantiq, Astronomi, Ilmu Kedokteran, Fisika, Ilmu Pertanian, Ilmu Metafisika dan Ilmu Kalam.14

Kalau kita amati penjelasan di atas dapat disimpulkan kepada dua bagian yaitu Ilmu Naqliat dan Ilmu Aqliat. Ilmu Naqliat artinya ilmu yang dikutip manusia dari yang merumuskan atau menetapkan landasannya secara tradisional dari generasi ke generasi, seluruh ilmu ini berasal dari Allah dan akal sama sekali tidak berperan selain menganalogikan cabang asal permasalahannya pada sumber utamanya. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa seluruh Ilmu Naqliat dikhususkan bagi Islam dan bagi pemeluknya.15

 

Ilmu Aqliat artinya ilmu yang merupakan buah dari pikiran dan perenungan manusia, ilmu ini tidak dikhususkan bagi satu umat melainkan diberlakukan bagi semua makhluk yang mempunyai akal pikiran16. Ilmu ini dibagi kepada 4 bagian, yaitu Ilmu Logika (Mantiq), Ilmu Fisika, Ilmu Metafisika, dan Ilmu Matematika.

 

Dari konsep pendidikannya Ibnu Khaldun juga menasehatkan agar guru tidak mengajarkan ilmu terlalu banyak kepada anak-anak karena hal itu akan membahayakan kemajuan intelektual anak-anak di samping melanggar kemampuan mereka. Yang akhirnya melemahkan mereka dan serta menumbuhkan perasaan gagal.

 

Selanjutnya beliau menasehatkan agar pengajaran Alqur’an didahulukan apabila anak didik mencapai tingkat kemampuan berfikirnya karena hal ini akan menjadikan aqidah mereka kepada Allah menjadi kuat serta berperilaku baik sebagimana mestinya menjadi pengabdi Allah.

 

Dalam pengajaran bahasa Ibnu Khaldun menasehatkan agar anak didik tidak terlalu dibiarkan dalam mempelajari ilmu alat yang

 

14   bin Khaldun, M., & Abdurrahman, A. A. (2001). Mukaddimah Ibnu Khaldun. Pustaka Al Kautsar.

 

15  Ibid

 

16  Ibid

 

 

13


 

 

 

 

berhubungan dengan Bahasa Arab, boleh dipelajarinya namun hanya sekadar alat saja tidak untuk memperdalamnya berlarut-larut dalam kesulitan sebab mempelajari ilmu alat tersebut, Ibnu Khaldun bermaksud agar anak-anak dapat mengekspresikan pikirannya dengan baik, tampil teliti didalam menulis, sehingga dapat memahami apa yang ditulisnya sesuai dengan yang aslinya, sebagaimana dapat memahami apa yang dibaca dengan baik.

 

Dalam hal belajar hendaknya anak-anak didik jangan terlalu dibiarkan dalam kekosongan waktu yang sia-sia, juga tidak perlu bersifat otoriter dalam memberikan saran serta dalam memberikan hukuman, boleh dihukum apabila dalam keadaan terpaksa sekali, tidak ada jalan lain selain itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

14


 

 

 

 

BAB III

 

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

 

Ibnu khaldun dilahirkan di Tunisia pada 1 ramadan 732 H/27 Mei 1332 M. keluarganya termasuk salahsatu keluarga Andalusia yang berhijrah ke Tunisia pada pertengahan abad ke-7 H. Ibnu Khaldun adalah seorang tokoh besar di dunia Islam yang telah berhasil memaparkan buah pikirannya dalam kitab Mukaddimah, karya monumentalnya ini telah mengangkat nama dan martabatnya di dunia keilmuan, sehingga pemikir-pemikir Barat mengakuinya sebagai seorang pemikir yang sangat dikagumi pada masa itu. Ibnu Khaldun juga dikenal sebagai seorang tokoh politik yang cerdas dan ikhlas dalam menjalankan segala aktivitasnya sehingga ia menjadikan politik sebagai ilmu yang didasari dengan bermusyawarah serta dalam menetapkan sesuatu berdasarkan ilmu dan logika. Pemikir Barat yang memberikan pengakuan terhadap kebesaran Ibnu Khaldun di antaranya adalah Charles Issawy, ia mengatakan bahwa tidak berlebihan jika Ibnu Khaldun disebut sebagai tokoh besar dalam ilmu-ilmu kemasyarakatan dan ia berhak mendapatkan perhatian setiap orang. Bahkan Ibnu Khladun melebihi pengarang-pengarang Eropa dan Arab sezamannya, kelebihan Ibnu Khaldun adalah mampu memecahkan persoalan yang dihadapi umat pada saat itu.

 

Pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah Penerangan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta berbagai aspeknya pada karya nyata untuk memperoleh rizki menuju kepada masyarakat lebih maju sesuai dengan kecenderungan individu”. Sebelum manusia tamyiz, dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap sebagian dari binatang. Asal usul manusia diciptakan dari setetes air mani (sperma), segumpal darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa dan mentalnya. Adapun yang dicapai sesudah itu adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepadanya.

 

 

15


 

 

 

 

Ibnu Khaldun menganggap bahwasannya pendidikan merupakan hakikat dari eksistensi manusia. Pandangan Ibnu Khaldun tentang tujuan pendidikan Islam adalah mencari ridha Allah SWT. Tantangan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah pendidikan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melahirkan masyarakat yang berbudaya serta berusaha untuk melestarikan dan meningkatnya untuk eksistensi masyarakat selanjutnya dengan menghargai kebudayaan tersebut.

 

B. Saran

 

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita untuk mengetahui tentang Pendidikan Dalam Pandangan Ibnu Khaldun. Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah kita masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari teman-teman semua, supaya lebih baik untuk kedepannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 


 

 

16


 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Burhanuddin, H. (2015). Dekontruksi Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan. EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam (e-Journal), 3(2), 894-908

 

Komarudin, K. (2022). Pendidikan Perspektif Ibnu Khaldun. PANDAWA, 4(1), 23-41.

Afifah, N. (2012). Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

 

Enan, M. A. (2013). Biografi Ibnu Khaldun. Serambi Ilmu Semesta. Nurainiah, N. (2019). PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF IBNU

 

KHALDUN. Serambi Tarbawi, 7(1).

 

Nahrowi, M. (2018). Konsep Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ibnu Khaldun. FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 77-90.

 

Rohmah, S. (2012). Relevansi Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dengan Pendidikan Modern. Edukasia Islamika, 10(2), 70238.

 

Rohmah, S. (2017). PEMIKIRAN IBNU KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. Misykat al-Anwar, 28(1), 303-311

bin Khaldun, M., & Abdurrahman, A. A. (2001). Mukaddimah Ibnu Khaldun. Pustaka Al Kautsar.

 

Robiah, F., & Kuswanto, K. (2022). Penerapan Pendidikan Islam Pada Peserta Didik Sejalan Dengan Pemikiran Ibnu Khaldun. Journal of Multiliteracies, 2(1), 111-118.

 

Usman, I. K. (2018). Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih dan Ibnu Khaldun. Jurnal Ilmiah Iqra', 5(2).

 

Nurainiah, N. (2019). PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN. Serambi Tarbawi, 7(1).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK