MAKALAH
“Al QURAN DAN TAFSIR”
MATA KULIAH STUDI ISLAM
Pemakalah:
Irpan
Ilmi A51210107
Dosen Pengampu:
Dr. H.
Burhan Djamaluddin, M. A
BAHASA
DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS
ADAB
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
BAB 1
A.
Pendahluan
Al quran merupakan kitab suci umat Islam. Setiap agama
memunyai kitab suci yang dijadikan landasan beragama dan hidup.
Islam sebagai agama samawi
telah membuktikan eksistensi semenjak manusia pertama ‘Adam’ diturunkan Allah
SWT kebumi ini, meski pada waktu tidak secara pasti dinamakan agama Islam.
Demikian penulis kategorikan kedalam agama Islam karena dari segi aplikasi umat
beragama, Adam telah menjalankan syariat Islam; melakukan zakat, dan menyambah
pada hal ghaib secara kasat mata yaitu Allah SWT. Pula karena kisah Adam AS
termaktub dalam Al Quran; ketika Adam masih dalam bentuk nur, diciptakan dan
menghuni surga hingga skenario Allah SWT menurunkan Adam kebumi menjadi manusia
pertama.
Al Quran merupakan kitab
suci yang diturunkan kepada Muhammad SAW, setelah kitab Jabur, Taurat, dan
Injil. Isi adalah seorang Nabi dan Rasul sebelum Muhammad SAW, kurun waktu yang
memisahkan Nabi Isa dan Muhammad sekitar 500 tahun. Allah mengutuskan Nabidan
Rasul terakhir menggantikan Nabi Isa yaitu Nabi dan Rasul Muhammad SAW.
Nabi dan Rasul adalah
orang pilihan yang dijaga prilakunya semenjak kecil hingga proses pemberian
gelar Nabi dan Rasul disandangkan. Contoh perilaku yang terjaga bisa dibaca
dalam Al Quran atau kitab-kitab klasik. Salah satu gelar yang diberikan pada
Nabi Muhammad adalah Al Amin (orang yang terpercaya), ini menjadi suatu bukti
otentik atas keberhakan Muhammad diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul.
Nabi Muhammad merupakan
Nabi dan Rasul Akhir zaman, seroang cedikiawan. Salah satu bukti
kecendikiawannya dikenal dengan konsep madani, menciptakan masyarakat madani.
Berdasarkan hemat penulis,
alasan Muhammad menjadi seorang cendikiawan karena ia memunyai Al Quran sebagai
landasan dalam berpikir dan menciptakan pergerakan. Al Quran diturunkan dan
disampaikan keseluruh umat melalui lisan Nabi Muhammad SAW dari kalam Allah
SWT. Sehingga oase ilmu pengetahuan secara ilmiah dapat mudah dibuktikan pada
waktu itu. Bukan hanya waktu itu, bahkan rahasia-rahasia Al Quran masih
tersembunyi dalam ayat-ayat Al Quran –sebagaian telah terbukti secara
saintipik, sebagai lagi menunggu manusia yang cerdik untuk membongkar rahasia
Allah dalam Al quran.
Fokus pembahasan makalah
ini adalah “Memahami
Al Quran Dan Tafsir”, akan dibahas di BAB II.
B.
Rumusan Masalah.
1. Apa saja isi dan
pesan-pesan Al Quran?
2. Apakah fungsi Al
Quran?
3. Apa bukti-bukti
autensitas Al Quran ?
4. Apa pengertian
tafsir dan fungsinya?
5. Bagaimana metodologi
penafsiran Al Quran?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Mahasiswa memahami studi Al Qur’an dan studi
tafsir
BAB II
1.
Al Quran
Al quran meruapakan wahyu
Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup umat
manusia. Secara bahasa Al Quran artinya bacaan. Dalam Islam al Quran adalah
sumber hukum pertama dan utama. Allah SWT berfirman dalam surat An- Nisa 105:[1]
إِنَّا
أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا
أَرَاكَ اللَّهُ
Artinya:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu
Hukum yang berlaku dalam adat kemanusiaan sangatlah
banyak, dan Al quran, bagi umat yang beragama Islam menyentuh itu semua. Dalam
hal ini Al Quran perlu ditafsirkan secara kontemprorer dan akan dijelaskan
dalam bagian berikutnya.
Ayat diatas menggambarkan bahwa keadilan mengarah pada
dua sisi; horizontal dan vertikal; manusia dan Tuhan. Begitulah keadilan
seharusnya ditegakan. Dunia adalah kehidupan sementara, dan setelah ini adalah
kehidupan akhirat. Hanya pada Allah lah manusia kembali.
Ayat yang pertama turun dalam Al Quran adalah surat Al Alaq
1-5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ
الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ
ابِالْقَلَمِ . عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ .
”Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan
Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-‘Alaq :
1-5)
Memang banyak pendapat yang berselisih tentang ayat
pertama turun. Namun penulis sepakat dengan pendapat yang ini. Selain
rujukannya shahis, berdasar hemat penulis ini juga realistis. Berdasarkan pada
Hadis A’isyah yang diriwatkan Imam Bukhari Muslim. Dengan terjemahan sebagai
berikut[2]:
permulaan
wahyu yang diterima oleh Rasulullah s.a.w ialah mimpi yang benar dalam tidur.
Setiap kali bermimpi Baginda melihat ada yang datang bagaikan cahaya yang
terang di pagi hari. Kemudian baginda gemar mengasingkan diri. Ia pergi ke Gua
Hira’ bertahannuth beberapa malam, dengan membawa bekalan. Kemudian ia kembali
ke rumah Khadijah dan Khadijah pun membekalkan makanan seperti biasa. Sehingga
akhirnya datanglah kebenaran kepadanya ketika ia berada di Gua Hira’ itu.
Jibril dating kepadanya dan berkata: Bacalah, Rasulullah menjawab kepadanya:
Aku tidak pandai membaca. “ lalu Jibtil merangkul dan memelukku sehingga aku
merasa kepayahan, kemudian dia melepaskan aku, lalu katanya: bacalah, aku
menjawab: Aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkul dan memelukku untuk kali
keduanya, sehingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskan aku, lalu
katanya: bacalah, aku menjawab: Aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkul
dan memelukku untuk kali ketiganya sehingga aku merasa kepayahan. kemudian ia
melepaskan aku, lalu katanya: Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama TuhanMu yang
menciptakan (sekelian makhluk)….apa yang diketahuinya.
Membaca adalah kewajiban. Literasi diabad modern ini
sangat mendukung manusia untuk terus membaca, menambah wawasan. Informasi bisa
dibaca diinternet, jika tidak ada internet maka bacalah buku, jika tidak ada
buku?
Inilah realistinya surat Al Alaq. Nabi Muhammad ketika
dihadapkan dengan hal itu, “Apa yang harus bica?” tidak ada buku. Hal ini
dijelaskan dalam ayat yang diturunkan berikut:
يا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2)
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3) وَثِيابَكَ فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5)
وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ (7)
Artinya:
1). Hai orang yang berkemul (berselimut), 2). Bangunlah, lalu
berilah peringatan! 3). Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6). Dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7). Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah .(QS.Al-Mudatsir-1-7)
Konsep yang berlaku dalam hal ini bukan memaca buku,
namun membaca lingkungan. Jawaban dari pertanyaan, “sendainya tidak ada buku,
maka apa yang harus dibaca?” adalah lingkungan. Dan itu dipraktekan oleh Nabi
Muhammad sebagai konsepsi untuk merubah peradaban manusia, menuju cerdik cendikia
dengan Al Quran. Sangat realistis.
2.
Isi Dan Pesan-Pesan Al-Qur’an
Secara garis besar Isi dari Al Quran terbagi dua yaitu Al
Muhakamat dan Al Mutasyabih. Secara bahasa menurut Al Farabi Muhkam
adalah mencegah, Al- Hukmu berati mencegah dari kedzaliman, demikan
menurut Manna Khalil Al Qattan Hakim adalah seseorang yang mencegah orang yang
dzalim dan memisahkan antara dua orang yang bersengketa serta memisahkan antra
hak dan batil, kebohongan dan kebenaran. Sedangkan Mutasyabih dalam
Mu’jam Maqayis Al- Lughah sesuatu yang menunjukan adanya keserupaan sesuatu
dengan yang lain; warna atau pun sifatnya. Simpulnya Muhkam adalah sesuatu yang
jeas maknanya dan berdiri sendiri, Asy Suyuti berpendapat Muhkam adalah adalah
sesuatu yang bisa dipahami secara akal, ayat yang jelas maksudnya tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian, ia memerlukan
penjelas merujuk pada ayat-ayat lain.[3]
Dari penjelasan diatas perlu diuraikan lagi, tujuannya
agar dapat memahami kandungan dari Al Quran secara terperinci.
1. Petunjuk
mengenai akidah.
Hal ini menjelaskan tentang konsep ketuhanan. Allah SAW memerintahkan
hambanya hanya untuk menyambah pada yang Esa. Dan mejanlan semua titah, mejauhi
semua laranganya. Lebih jelasnya dapat dipelajari dalam rukun iman dan rukun
islam sebagai asas tauhid umat islam.
Berikut penulis kutip surat Al- Ikhlas sebagai petunjuk dari akidah:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Artinya:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia".
2. Petunjuk mengenai
syari’ah.
Jalan hidup manusia segala hakikat telah ditentukan oleh Allah SAW. Allat
meciptakan jalan-jalan untuk menuju hadiratnya; didunia maupun akhirat. Seperti
halnya menjalankan shalat, zakat, bersedekah, dan tatacara bergaul dengan
sosial berdasarkan aturan syar’i.
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ
وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوْكَ عَنْ بَعْضِ مَا
أَنْزَلَ اللهُ إِلَيْكَ
Artinya:
“Dan hendaklah kamu semua
memutuskan hukum di antara mereka menurut apa yang telah diturunkan
oleh Alloh (Al-Quran) dan jangan menuruti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah jangan sampai mereka mempengaruhimu untuk meninggalkan sebagian
apa yang diturunkan oleh Alloh kepadamu” (QS.Al-Maidah: 49)
3. Petunjuk
tentang akhlak
Akhlak atau prilaku diatur dalam Islam. Bagian ini menspesifikasikan syar’i
–bergaul dengan keluarga, teman, lingkungan, dan mencakup pula alam semesta.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي
الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا
مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani
Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil
daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
4. Kisah-kisah
umat manusia di zaman lampau
Tauladan seringkali dijadikan tonggak/ cermin untuk kehidupan yang sedang dan akan dilakukan manusia.
Al Quran menceritakan kisah-kisah nabi dan orang-orang lainnya sebgai cermin
prilaku hidup yang sedang dilaksanakan.
قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya:
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah
Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
5. Berita tentang
zaman yang akan datang
Sebagai orang yang beriman, dan termaktub dalam rukun iman akan adanya hari
akhir, yaitu hari kiamat. Hari kiamat adalah hari dimana berakhirnya kehidupan
didunia ini, dan manusia akan mengalami pase kehidupan lainnya, berujung pada
syurga atau neraka sebagai kehidupan yang kekal.
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal.
6.
Ilmu
pengetahuan.
Al quran juga berbicara masalah sains.
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ
الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Untuk lebih jelasnya akan dibicarakan dalam bagian berikutnya.
3. Fungsi Al Quran
Al-Quran sebagai
sebuah kitab suci berisikan pedoman hidup yang dapat menuntun manusia ke arah
kehidupan yang lurus. Pedoman ini sangatlah dibutuhkan. Karena, tanpa adanya
pedoman maka akan ada kebimbangan yang akan menimbulkan ketidakpastian.
Sehingga akhirnya mengakibatkan suatu ketidak aturan dalam hidup. Oleh sebab
itu, dengan adanya suatu pedoman hidup, kehidupan akan lebih teratur dan
terarah. Tak akan ada yang hidup dalam kebingungan. Hidup menjadi lebih pasti.
Setiap orang yang
meyakini bahwa Al-Quran adalah suatu kitab yang berisikan tuntunan-tuntunan
dalam menjalani kehidupan ini, haruslah berpedoman kepadanya agar tercipta
suatu kehidupan yang berkualitas. Yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua
makhluk hidup yang ada di alam ini. Sehingga dengan ini berarti Al-Quran telah
diperlakukan sebagaimana mestinya. Sesuai dengan fungsinya. Sebagai kitab suci
agama Islam yang memberikan pedoman dalam rangka menebarkan kebaikan pada
seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
Allah menurunkan Al-quran sebagai petunjuk hidup manusia. Petunjuk
yang akan menunjuki manusia kejalannya yang lurus. Banyak manusia yang
menjalankan hidupnya tanpa menggunakan petunjuk yang telah Allah titipkan
kepadanya. Makanya banyak kita lihat orang yang berjalan di muka bumi ini tanpa
ada arah dan tujuan. Hanya sekedar mutar-mutar ditempat yang sama tanpa ada
satu perubahan. Hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengetahui manfaatnya. Apa yang
mereka lakukan hanya untuk kepuasan diri pribadi. Sangat jauh berbeda dengan
kehidupan orang-orang yang ber al-quran itu sendiri. Setiap perjalanan yang
mereka lalui sesuai dengan petunjuk yang telah Allah jelaskan didalam Al-Quran.
Mereka paham terhadap pejalanan yang mereka lalui, semakin hari akan semakin
terjal dan berliku. Karna membutuhkan suatu pejuangan yang besar sebagai bukti
perjalanan hidup. Warna warni kehidupan disetiap lika-liku perjalanan akan
menjadi sebuah keindahan yang begitu berarti.
Nabi dan Rasul sebagai manusia piliha Allah SAW tentu harus memunyai
keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki manusia lainnya. Hal ini sebagai
bukti, bawah Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan. Salah satu mukjijat yang
dimilika Nabi Muhammad adalah Al Quran. Bukti Al Quran sebagai mukjizat karena
Al Quran bersifat universal, kekal, dan dapat dibuktikan kebenarannya oleh akal
manusia. Tiga aspek yang menjadi bukti Al Quran adalah mukjizat:
1. Aspek bahasa keindahan dan
ketelitian-ketelitian redaksinya.
2. Pembeirtaan-pemberitaa
ghaibnya. Serperti hal nya Al Quran bercerita tentang “mengabadikan jasad
Firaun yang diceritakan dalam surah Yunus” dan ini terbukti pada bulan Jul
1908.
3. Isyarat-isyarat ilmiahnya.
Misalny cahaya matahai bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan
adalah pantulan. Firman Allah dalam surat Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ
الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ
الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya:
"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." – (QS.10:5)
4. Bukti-Bukti Autentitas Al Quran.
Diawal sudah penulis sudah kemukakan
bukti-bukti autentitas alquran secara universal. Disini penulis hanya akan memberikan
satu contoh tentang kebenaran dari satu ayat Al Quran sebagai bentuk sampling.
Pebulis akan menjabarkan tentang kebenaran ayat-ayat al quran tentang awan
hingga proses terjadinya hujan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia awan adalah kelompok butiran air, es, atau
kedua-duanya yang tampak mengelompok di atmosfer
Allah
berfirman tentang awan dalam QS. Al Waqiah.
أَفَرَءَيْتُمُ
الْمَآءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ 68 ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ
نَحْنُ الْمُنزِلُونَ 69
”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang
kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan.” (QS.
Al-Waqi’ah: 68-69)
QS. Ar Rum: 48
اللَّهُ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ
كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا
أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Artinya:
Allahlah yang mengirim
angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau
melihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada
hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira
Kedua ayat ini dengan tegas membicarkan “awan”, dengan kosa kata
bahasa arab “المزن bentuk jamak مزنة yaitu awan putih[7].
Secara umum awan dalam bahasa arab disebut سحابة.
Berdasarkan bentuknya awan dapat dibedakan menjadi tiga:
1.
Awan
Cirrus: awan yang bentuknya halus seperti kapas
2.
Awan
cumulus: awan yang bergumpal-gumpal seperti bulu domba.
3.
Awan
stratus: awan yang berlapis-lapis
Demikian berdasarkan ketinggian dibedakan menjadi tiga:
1.
Awan
tinggi. Terletak antara 6.000- 12.000 meter diatas permukaan bumi, seperti cirrus,
cirrustratus, dan cirrocomulus.
2.
Awan
pertengahan. Terletak anta 2000-6000 diatas permukaan bumi., seprti altocomulus,
3.
Awan
rendar. Terletak diketinggian kurang dari 2000 meter diatas permukaan bumi,
seperti Cumulus, cumulunimbus.
4.
Fog
atau kabut. Yaitu awan yang letaknya dekat dengan permukaan bumi baik daratan
maupun perairan.
1.
Kelembaban Udara
Dalam atmosfer tetes awan terbentuk pada aerosol yang
berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti pengembunan. Kecepatan pembentukan
tetes tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi. Proses dimana tetes
air dari fasa uap terbentuk pada inti kondensasi disebut pengintian heterogen.
Adapun pembentukan tetes air dari fasa uap dalam suatu lingkungan murni yang
memerlukan kondisi sangat jenuh (supersaturation) disebut pengintian homogen.
Pengintian homogen yaitu pembekuan pada air murni hanya akan terjadi pada suhu
dibawah -40 °C. Akan tetapi dengan keberadaan aerosol sebagai inti kondensasi
maka pembekuan dapat terjadi pada suhu hanya beberapa derajat dibawah 0°C.
2.
Pembentukan Awan
Inti
kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat berupa debu, asap,
belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopik lainnya yang
bersifat higroskopis, dengan ukuran 0,001 – 10 mikrometer.
Secara
singkat proses kondensasi dalam pembentukan awan adalah sebagai berikut :
- Udara yang bergerak ke atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah, tetapi sebelum RH mencapai 100 yaitu sekitar 78 ondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif. Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan.
- Tetes air kemudian mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100 Karena uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar dan inti yang lebih kecil kurang aktif tidak berperan maka volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
- Tetes awan yang terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5 – 20 mm. Tetes dengan ukuran ini akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika kelembaban udara kurang dari 90 aka tetes tersebut akan menguap. Untuk dapat jatuh ke bumi tanpa menguap maka diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu sekitar 1 mm (1000 mikrometer), karena hanya dengan ukuran demikian tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke atas (Neiburger, et. al., 1995).
- Jadi perbedaan antara tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinyu, maka puncak awan akan melewati isoterm 0 °C. Tetapi sebagian tetes-tetes awan masih berbentuk cair dan sebagian lagi berbentuk padat atau kristal-kristal es jika terdapat inti pembekuan. Jika tidak terdapat inti pembekuan, maka tetes-tetes awan tetap berbentuk cair hingga mencapai suhu -40 °C bahkan lebih rendah lagi.
Awan Dingin
dan Awan Hangat
Berdasarkan
suhu lingkungan fisik atmosfer dimana awan tersebut berkembang, awan dibedakan
atas awan dingin (cold cloud) dan awan hangat (warm cloud). Terminologi awan
dingin diberikan untuk awan yang semua bagiannya berada pada lingkungan
atmosfer dengan suhu di bawah titik beku (< 00C), sedangkan awan hangat
adalah awan yang semua bagiannya berada diatas titik beku ( > 00C).
Awan dingin
kebanyakan adalah awan yang berada pada daerah lintang menengah dan tinggi,
dimana suhu udara dekat permukaan tanah saja bisa mencapai nilai <00C. Di
daerah tropis seperti halnya di Indonesia, suhu udara dekat permukaan tanah
sekitar 20-300C, dasar awan mempunyai suhu sekitar 180C. Namun demikian puncak
awan dapat menembus jauh ke atas melampaui titik beku, sehingga sebagian awan
merupakan awan hangat, sebagian lagi diatasnya merupakan awan dingin. Awan semacam
ini disebut awan campuran (mixed cloud).
C. Proses Terjadinya Hujan
1.
Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Dingin
a. Pada awan dingin hujan dimulai dari adanya kristal-kristal es.
yang berkembang membesar melalui dua cara yaitu deposit uap air atau air super
dingin (supercooled water) langsung pada kristal es atau melalui penggabungan
menjadi butiran es. Keberadaan kristal es sangat penting dalam pembentukan
hujan pada awan dingin, sehingga pembentukan hujan dari awan dingin sering juga
disebut proses kristal es.
b. Sewaktu udara naik lebih tinggi ke atmosfer, terbentuklah
titik-titik air, dan terbentuklah awan. Ketika sampai pada ketinggian tertentu
yang sumbunya berada di bawah titik beku, awan itu membeku menjadi kristal es
kecil-kecil. Udara sekelilingnya yang tidak begitu dingin membeku pada kristal
tadi. Dengan demikian kristal bertambah besar dan menjadi butir-butir salju.
Bila menjadi terlalu berat, salju itu turun. Bila melalui udara lebih hangat,
salju itu mencair menjadi hujan. Pada musim dingin salju jatuh tanpa mencair.
2.
Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Hangat
a. Ketika uap air terangkat naik ke atmosfer, baik oleh aktivitas
konveksi ataupun oleh proses orografis (karena adanya halangan gunung atau
bukit), maka pada level tertentu partikel aerosol (berukuran 0,01 - 0,1 mikron)
yang banyak beterbangan di udara akan berfungsi sebagai inti kondensasi
(condensation nucleus) yang menyebabkan uap air tersebut mengalami
pengembunan.Sumber utama inti kondensasi adalah garam yang berasal dari golakan
air laut. Karena bersifat higroskofik maka sejak berlangsungnya kondensasi,
partikel berubah menjadi tetes cair (droplets) dan kumpulan dari banyak
droplets membentuk awan. Partikel air yang mengelilingi kristal garam dan
partikel debu menebal, sehingga titik-titik tersebut menjadi lebih berat dari
udara, mulai jatuh dari awan sebagai hujan.
b. Jika diantara partikel terdapat partikel besar (Giant Nuclei : GN
: 0,1 - 5 mikron) maka ketika kebanyakan partikel dalam awan baru mencapai
sekitar 30 mikron, ia sudah mencapai ukuran sekitar 40 - 50 mikron. Dalam gerak
turun ia akan lebih cepat dari yang lainnya sehingga bertindak sebagai kolektor
karena sepanjang lintasannya ke bawah ia menumbuk tetes lain yang lebih kecil,
bergabung dan jauh menjadi lebih besar lagi (proses tumbukan dan penggabungan).
Proses ini berlangsung berulang-ulang dan merambat keseluruh
bagian awan. Bila dalam awan terdapat cukup banyak GN maka proses berlangsung
secara autokonversi atau reaksi berangkai (Langmuir Chain Reaction) di seluruh
awan, dan dimulailah proses hujan dalam awan tersebut, secara fisik terlihat
dasar awan menjadi lebih gelap. Hujan turun dari awan bila melalui proses
tumbukan dan penggabungan, droplets dapat berkembang menjadi tetes hujan
berukuran 1.000 mikron atau lebih besar. Pada keadaan tertentu
partikel-partikel dengan spektrum GN tidak tersedia, sehingga proses hujan
tidak dapat berlangsung atau dimulai, karena proses tumbukan dan penggabungan
tidak terjadi.
5. Pengertian Tafsir Dan Fungsinya
Pengertian tafsir secara etimologi, tafsir
merupakan bentuk masdar dalam bahasa Arab dari bentuk fiil Fassara dari
persamaan kata Audhaha yang berarti menerangkan dan dari kata bayyana
yang bermakna menjelaskan. Berdasarkan tinjauan bahasa tafsir berarti
penerangan atau penjelasan, Manna Khalil Al Qattan mendefinisikan tafsir
“Menjelaskan atau menyingkap yang tertutup”.[10]
Tafsir secara terminologi menurut syeikh Az
Zarqani dalam kitab Al Burhan Fi Ulumil Quran Ilmu yang didalamnya membahas Al
Quran dari segi pengertiannya apa yang dimaksud oleh Allah, sesuai dengan
kemampuan manusia.[11]
Dalam pada itu Az Zarkasyi mengatakan bahwa
tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah (Al
qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan cara mengambil penjelasan
maknanya, hukum serta hikmah yang terkandung didalamnya.
6. Metodelogi Penafsiran Al Quran
Ada beberapa
metode penafsiran yang digunakan dalam penafsiran al-Qur’an. Setiap metode
penafsiran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh
karena itu penafsirlah yang menentukan metode mana yang akan digunakannya untuk
melakukan penafsiran sesuai kebutuhan penafsiran yang dilakukannya.
Metode-metode itu adalah sebagai berikut[12] :
1.
Metode Ijmȃli (Global)
Metode ijmȃli
adalah metode yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur’an secara ringkas ayat
perayat dengan bahasa yang ringkas dan sederhana. Pembaca penafsiran ini akan
merasa masih membaca mushaf al-Qur’an asli walaupun sebenarnya adalah
penafsirannya. Penafsiran dilakukan sesuai dengan susunan mushaf[13].
Kelebihan metode ini adalah :
a.
Praktis dan mudah difahami
b.
Bebas dari penafsiran isrȃiliy ȃt.
c.
Akrab dengan bahasa al-Qur’an.[14]
Kekurangan metode ini adalah :
a.
Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial
b.
Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis
yang memadai.[15]
2.
Metode Analistis (Tahlīlī)
Metode
analistis adalah metode penafsiran al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek
yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan (sebab turun ayat,
kesesuaian ayat dengan ayat yang lain, makna-makana kandungannya) sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan penafsir.[16]
Kebihan metode ini adalah :
a.
Ruang lingkupnya luas.
b.
Dapat
memuat berbagai macam ide.
Kekurangan dari metode ini :
a.
Menjadikan petunjuka la-Qur’an parsial.
b.
Malahirkan penafsiran yang subjektif.
3.
Metode Komparatif (Maqȃrin)
Metode
komparatif adalah metode yang digunakan utnuk menafsirkan al-Qur’an dengan
membandingkan
a.
Teks/ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redakasi dalam satu kasus atau lebih, ataupun yang
berbeda redaksi dalam satu kasus yang sama.
b.
Al-Qur’an dan hadis yang dipandang
bertentangan.
c.
Pendapat
di antara dua atau lebih ahli tafsir mengenai penafsiran suatu ayat ataupun
dalam permasalahan tertentu.[17]
Kelebihan metode ini adalah :
a.
Memberikan wawasan penafsiran yang relatif
lebih luas bagi para pembaca dari metode-metode yang lain.
b.
Membuka
pintu untuk bersikap toleran atas pendapat-pendapat yang berbeda mengenai suatu
permasalahan.
c.
Mendorong seorang penafsir untuk mengkaji
penafsiran-penafsiran ulama lain mengenai suatu ayat ataupun dalam suatu
permasalahan.[18]
Kekurangan dari metode ini adalah :
a.
Penafsiran dengan metode ini tidak cocok untuk
pemula
b. Penafsirannya
kurang dapat memecahkan permasalahan yang ada ataupun sedang dihadapi.
c.
Cenderung hanya melihat penafisran-penafsiran
ulama terdahulu sehingga tidak menghasilkan penafsiran-penafsiran baru. [19]
4.
Metode Tematik (Mauḍȗ’ī)
Adalah metode penafsiraan al-Qur’an berdasarkan
tema atau pembahasan tertentu dengan membahas secara mendalam dengan
memperhatikan berbagai macam aspek yang ada (asbabun nuzul, hadis-hadis yang
berkaitan, pendapat para ulama, dll).[20]
Dalam menerapkan metode ini ada beberpa
langkah-lagkah yang perlu dilakuakan sbb:
a.
Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema
ataupun judul yang akan di bahas berdasarkan waktu turunnya ayat.
b.
Menelusuri sebab-sebab turunnya ayat yang telah
dihimpun.
c.
Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat
yang dipakai dalam ayat tersebut, terutama kosa kata yang menjadi pokok permasalahan
di dalama ayat. Kemudian mengkaji kosa kata tersebut dari berbagai macam aspek
seperti bahasa, budaya, sejarah, kata ganti, dsb.
d.
Mengkaji pemahaman ayat-ayat tersebut dari
pemahaman berbagai aliran dan pendapat para penafsir.
e.
Semua yang telah disebutkan di atas dikaji
secara tuntas dan teliti dengan menggunakan penalaran yang objektif melalui
kaidah-kaidah tafsir yang mu’tabar serta didukung fakta ataupun argumen-argumen
yang jelas.
Kelebihan metode ini adalah :
a.
Menjawab tantangan zaman
b.
Praktis dan sistematis
c.
Dinamis
d.
Membuat pemahaman menjadi utuh.[21]
Kekurangan dari metode ini adalah :
a.
Memenggal ayat al-Qur’an.
b.
Membatasi pemahaman ayat.[22]
Begitulah metode-metode penafsiran yang ada.
untuk lebih detailnya bisa dilihat pada buku2
BAB
III
Penutup
Al quran meruapakan wahyu Allah SWT yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup umat manusia. Sebagaimana makna Quran “Bacaan” menjadi perkara wajib bagi
manusia untuk membaca sebagai bentuk lain dari belajar. Bacaan Al Quran bersifat
universal bukan hanya untuk kalangan umat Islam semata. Maka untuk memahami itu
semua manusia harus membacanya dengan cara menafsirkan Al Quran.
[1] Ahmad Dimayati, Muhammad Habibie, Pendidikan
Agama Islam (Bandung: Grafindo Media Utama, 2007) Hal. 58
[2] Arifin Binti Husai, Ayat-ayat Al Quran
yang awal diturunkan dan yang terakhir diturunkan
http://sofwatulaisy.blogspot.com/2010/03/ayat-ayat-al-quran-yang-awal-diturunkan.html
[3] Samson rahman, Al Quran dan serang
orientalis ( Vol. 1 no. 1. 2005)
Hal. 20
[4] Iskandar AG Soemabrata, Pesan-pesan
Nemerik Al Quran (Jakarta: Republika, 2006) Hal. 29.
[5] Muhaemin, Al Quran Dan Hadis
(Bandung; grafindo, 2008) Hal. 3
[6] M. Quraish Shihab, Membumikan AlQuran”
(Bandung: Mizan, 2007)Hal. 28- 32
[7]
KBBI
[8]
Bambang Utoyo, Geografi membuka cakrawala dunia. (Bandung: PT. Setia purna
inves, 2007). Hal. 98
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakfenomena&1352896307
[10] Wacana Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya,
Vol. 7 No. 1. April 2015
[11] Ibid
[12]
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2005), h. 2
[13] Ibid.,
h.13, lihat pula Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran dan Pengenalan
Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h.321
[14] Ibid.,
h.22-24
[15] Ibid.,
h.24-27
[16] Ibid.,
h. 31
[17] Ibid.,
h. 65
[18] Ibid.,
h.142-143
[19] Ibid.,
h.143-144
[20] Ibid.,
h.151
[21] Ibid.,
h. 165-167
[22] Ibid.,
h. 168
No comments:
Post a Comment