1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii

DETEKTIF W
Irfan Amalee &
Ginan Aulia Rahman

Dirangkum Oleh: Rizal 



            Suasana pagi di suatu sekolah, terlihat para siswa baru berbaris di lapangan sekolah, dengan perlengkapan pakaian yang bermacam-macam dan juga aneh-aneh yang semakin menandakan bahwa di sekolah itu sedang diadakan ospek. Di gerbang sekolah terlihat beberapa siswa yang berlari untuk bergabung menuju barisan siswa lainnya di lapangan, mereka berlari terburu-buru karena takut kena hukuman dari senior mereka. Setelah waktu menunjukan pukul 07.15, gerbang sekolah ditutup dan semua siswa baru dibariskan di lapang oleh senior yang memasang wajah garang, terlihat wajah-wajah junior yang ketakuan pada saat itu.
Setelah semuanya berbaris rapi, para senior mengecek semua persyaratan yang mereka ajukan sebelumnya. Semua siswa baru membawa persyaratan yang di perintahkan senior, kecuali satu orang yang bernama Ucok, seorang anak keturunan batak yang punya sifat cuek tapi tegas. Ucok tidak membawa pesyaratan apapun, dan para senior marah dan menganggap bahwa Ucok tidak menghormati senior. Karena perbuatannya tersebut, ia dihukum tetapi anehnya si Ucok malah senyum-senyum, dan hal itu juga yang membuat senior sebal kepada Ucok. Karena bel sekolah tanda pulang telah berbunyi, maka junior dibariskan lagi oleh senior, dan senior memberikan persyaratan lagi untuk besok berupa pita warna-warni. Semua siswa berkata “siap” secara serentak.
Keesokan harinya, aktivitas ospek masih berlanjut, dan langsung saja senior meminta persyaratan yang mereka ajukan kemarin. Lagi-lagi Ucok tidak membawa persyaratan.
“Ucok, mana persyaratan kamu?”. Tanya senior dengan wajah garang.
“Hehehe... tidak bawa kak?”. Jawab Ucok
“Mau di hukum lagi kamu, haaaaaah??”. Teriak senior.
            Dan tiba-tiba di tengah pembicaraan panas antara mereka, suara teriakan datang dari barisan belakang . “Saya juga gak bawa kak!”. Dan orang itu ternyata Udin, seorang anak keturunan sunda yang berjiwa kreatif dan cinta damai. Lantas, senior yang sedang mengintrogasi Ucok pun langsung menghampiri Udin, dan mereka berduapun dihukum oleh senior. Ketika dihukum membersihkan toilet, mereka akhirnya berkenalan satu sama lain. Dan terjadilah perbincangan diantara mereka. Hingga pada satu waktu, Udin menanyakan suatu hal kepada Ucok yang membuatnya penasaran hingga saat ini tentang dirinya. Tentang kenapa Ucok selalu nggak suka ngerjain tugas dari senior, dan tak disangka jawaban Ucok ternyata hanya “Ya, mau aja”. Sontak, Udin pun makin keheranan, hingga ada niat dalam hatinya untuk membuntuti apa yang suka di lakukan Ucok hingga ke rumahnya.
            Hingga pada saatnya bel sekolah berbunyi, Udin mengikuti Ucok ke rumahnya, betapa kagetnya ia yang mendapati Ucok sedang bekerja di bengkel depan rumahnya.
“Uuucok?!!”. Kata Udin kaget.
“ Eh lu, din? Ada ap? Ada yang mau ditambal?”. Tanya Ucok
“Jadi ini ya Cok, yang bikin lu gak ngerjain tugas senior?”. Tanya balik Udin\
“Ya... ginilah, din. Butuh uang buat sekolah. Seniorkan Cuma bentak-bentak doang. Tapi mereka gak bayarin SPP kita, hahaha..”. Ujar Ucok.
            Sejenak Udin hanya diam beribu kata setelah mendengar ucapan Ucok, teman barunya.
“Iya, gue juga kesal sama  tradisi ospek yang gak berguna gini. Kalau gue senior, gue bakalan rubah tradisi ini.” Dengan semangatnya Udin berambisi.
“Lama amat nunggu senior, kenapa gak ngerubah dari sekarang aja.” Celetuk Ucok
Setelah berfikir agak lama, akhirnya Udin bisa menafsirkan perktaan Ucok, dan bisa memunculkan ide untuk celetukan Ucok tersebut.
“Cok, ya udah kita kerja ssama aja bikin perubahan di sekolah. Kita selesaikan semua masalah-masalah yang ada di sekolah, kita jadi detektif gitu. Lu kan punya keberanian lebih gak kayak gue... Ayolah cok, kita jadi detektif penumpas kedzoliman! Gimana Cok? Ayolah...”. Rayu Udin.
“Gue sih oke-oke aja”. Jawab Ucok singkat
“ Sip deh, Kita namain detektif double U. Udin Ucok.”. Seru Udin.
“Double U itu kan W? Detektif W aja, lebih simple dan asli indonesia”. Jelas Ucok
“Ok dah... Cocok”. Pungkas Udin.
            Selama satu semester awal di sekolah itu, Udin dan Ucok sudah melakukan banyak hal yang positif dan bermanfaat bagi sekolah. Diantaranya adalah mengungkap misteri hantu di sekolah, yang membuat semua siswa panik, karena hantu itu muncul pada rapat OSIS, rapat paskibra, dan pada rapat PMR. Ucok dan Udin menyusun rencana untuk menangkap sesuatu yang dikira hantu oleh teman-temannya itu, setelah lama berfikir akhirnya ia menemukan hal yang menjadi kunci dari masalah itu yaitu hantu selalu muncul pada kegiatan rapat, dan pada sore di hari itu organisasi pramuka akan melakukan rapat. Dengan sigap mereka berdua berencana menyelidik pada acara rapat itu. Setelsh lama menyelidik akhirnya mereka berdua menemukan sekelompok cewek datang keruangan pramuka dengan membawa kain putih dan dengan lagak berjalan mereka yang mengendap-endap membuat mereka berdua semakin curiga. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya benar, terungkaplah sudah bahwa yang menjadi hantunya itu adalah sekelompok cewek yang mereka temui tadi.
Keesokan harinya Udin dan Ucok melapor kepada ketua OSIS, dan meminta kepada ketua OSIS agar semua ketua dari semua eskul dikumpulkan pada sore hari. Setelah semua berkumpul, mereka menjelaskan bahwa para cewek lah yang ada dibalik semua ini. Setelah ditanya alasan mengapa para cewek melakukan itu semua, jawabannya karena para cewek sakit hati tidak dilibatkan dalam organisasi. Ketua dan wakil ketua setiap organisasi hanya mengajak wanita yang dekat dengannya saja, dan itu merupakan Nepotisme dan itu tidaklah baik. Detektif W pun menyarankan pembagian kerja dieskul harus memakai sistem Meritokrasi. Yakni Orang yang punya kemampuan dan keahlian itu yang dapat jabatan, tidak peduli laki-laki atau perempuan.
Kasus selanjutnya yang terpecahkan detektif W adalah perseteruan antara anak rohis dan anak paduan suara. Anak rohis merasa terganggu dengan paduan suara yang selalu bernyanyi keras ketika anak rohis melakukan pembinaan agama di masjid samapai-sampai menuduh bahwa paduan suara hanyalah tradisi gereja. Para anak paduan suara tidak terima dengan tuduhan anak-anak rohis. Akhirnya detektif W mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Setelah ditemukan titik temu kedua belah pihak, yaitu anak rohis perlu pengganti nasyid pada acara isra miraj dan anak paduan suara butuh dana untuk mengikuti acara paduan suara tingkat nasional. Setelah detektif W menemukan celah tersebut, akhirnya perwakilan rohis dan paduan suara diminta untuk bekerja sama, awalnya mereka menolak tapi setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya mereka setuju untuk bekerja sama.
Mereka pun akhirnya bekerja sama, anak paduan suara menjadi pengganti nasyid yang tidak bisa hadir dalam acara isra mirajnya anak rohis dan anak paduan suara mendapatkan biaya untuk mengikuti perlombaan. Mereka pun akhirnya menjadi akrab kembali bahkan lebih akrab dari pada sebelumnya berkat detektif W.
Dua masalah yang di selesaikan detektif W itu membuat detektif W semakin terkenal. Sampai-sampai ketua OSIS meminta saran untuk bagaimana acara pengenalan budaya berjalan meriah tetapi anggaran OSIS sekarang tidaklah banyak. Dan Udin menyarankan untuk membuat acara “Culinary Day”, yaitu acara pengenalan makanan khas daerah, satu siswa satu masakan dan masakan itu akan di tukarkan kepada siswa lain yang berbeda daerah, dengan itu OSIS tidak akan mengeluarkan banyak biaya dan dijamin acara meriah karena setiap siswa akan berpartisipasi. Ketua OSIS setuju, namun datanglah masalah setelah itu, yaitu sebagian siswa tidak mau bertukar masakan dengan beberapa daerah lain, seperti mereka yang muslim tidak mau bertukar dengan orang batak seperti Ucok, karena orang batak suka memakan daging anjing, ada juga orang bali yang beragama hindu tidak mau bertukar makanan dengan siswa yang makanan khas nya adalah daging, karena itu adalah pantangan untuk orang hindu, apalagi daging sapi.
Keruwetan masalah ini berkembang semakin parah, bahkan hampir saja acara culinary day dibatalkan pihak OSIS, tetapi lagi-lagi detektif W punya inisiatif bagaimana kalau makanan khas daerah nya itu yang berupa buah dan sayur. Karena buah dan sayur itu bukan pantangan bagi ras, suku, daerah dan agama manapun. Akhirnya jalan keluar itu pun disetujui semua pihak dan Culinary day berjalan lancar.
Detektif W semakin terkenal kala itu, sampai-sampai detektif W di angkat menjadi ketua OSIS dan wakil OSIS. Udin ketuanya dan Ucok wakilnya. Ditangan mereka semua tradisi buruk sekolah di hapuskan dan diganti dengan hal yang bernilai positif. Hingga pada penerimaan siswa baru pada kegiatan ospek, siswa baru diperlakukan bak raja dan jauh dari hal hal hukuman yang pada tahun lalu detektif W rasakan. Dan akhirnya... Tercapailah sudah cita-cita Udin dan Ucok yang mereka dambakan setahun yang lalu.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK