DETEKTIF W
Irfan Amalee &
Ginan Aulia Rahman
Dirangkum Oleh: Rizal
Suasana
pagi di suatu sekolah, terlihat para siswa baru berbaris di lapangan sekolah,
dengan perlengkapan pakaian yang bermacam-macam dan juga aneh-aneh yang semakin
menandakan bahwa di sekolah itu sedang diadakan ospek. Di gerbang sekolah
terlihat beberapa siswa yang berlari untuk bergabung menuju barisan siswa
lainnya di lapangan, mereka berlari terburu-buru karena takut kena hukuman dari
senior mereka. Setelah waktu menunjukan pukul 07.15, gerbang sekolah ditutup
dan semua siswa baru dibariskan di lapang oleh senior yang memasang wajah
garang, terlihat wajah-wajah junior yang ketakuan pada saat itu.
Setelah semuanya berbaris rapi, para senior
mengecek semua persyaratan yang mereka ajukan sebelumnya. Semua siswa baru membawa
persyaratan yang di perintahkan senior, kecuali satu orang yang bernama Ucok,
seorang anak keturunan batak yang punya sifat cuek tapi tegas. Ucok tidak
membawa pesyaratan apapun, dan para senior marah dan menganggap bahwa Ucok
tidak menghormati senior. Karena perbuatannya tersebut, ia dihukum tetapi
anehnya si Ucok malah senyum-senyum, dan hal itu juga yang membuat senior sebal
kepada Ucok. Karena bel sekolah tanda pulang telah berbunyi, maka junior dibariskan
lagi oleh senior, dan senior memberikan persyaratan lagi untuk besok berupa
pita warna-warni. Semua siswa berkata “siap” secara serentak.
Keesokan harinya, aktivitas ospek masih
berlanjut, dan langsung saja senior meminta persyaratan yang mereka ajukan kemarin.
Lagi-lagi Ucok tidak membawa persyaratan.
“Ucok, mana persyaratan kamu?”. Tanya senior
dengan wajah garang.
“Hehehe... tidak bawa kak?”. Jawab Ucok
“Mau di hukum lagi kamu, haaaaaah??”. Teriak
senior.
Dan
tiba-tiba di tengah pembicaraan panas antara mereka, suara teriakan datang dari
barisan belakang . “Saya juga gak bawa kak!”. Dan orang itu ternyata Udin,
seorang anak keturunan sunda yang berjiwa kreatif dan cinta damai. Lantas,
senior yang sedang mengintrogasi Ucok pun langsung menghampiri Udin, dan mereka
berduapun dihukum oleh senior. Ketika dihukum membersihkan toilet, mereka
akhirnya berkenalan satu sama lain. Dan terjadilah perbincangan diantara
mereka. Hingga pada satu waktu, Udin menanyakan suatu hal kepada Ucok yang
membuatnya penasaran hingga saat ini tentang dirinya. Tentang kenapa Ucok
selalu nggak suka ngerjain tugas dari senior, dan tak disangka jawaban Ucok
ternyata hanya “Ya, mau aja”. Sontak, Udin pun makin keheranan, hingga ada niat
dalam hatinya untuk membuntuti apa yang suka di lakukan Ucok hingga ke
rumahnya.
Hingga
pada saatnya bel sekolah berbunyi, Udin mengikuti Ucok ke rumahnya, betapa
kagetnya ia yang mendapati Ucok sedang bekerja di bengkel depan rumahnya.
“Uuucok?!!”. Kata Udin kaget.
“ Eh lu, din? Ada ap? Ada yang mau ditambal?”.
Tanya Ucok
“Jadi ini ya Cok, yang bikin lu gak ngerjain
tugas senior?”. Tanya balik Udin\
“Ya... ginilah, din. Butuh uang buat sekolah.
Seniorkan Cuma bentak-bentak doang. Tapi mereka gak bayarin SPP kita,
hahaha..”. Ujar Ucok.
Sejenak
Udin hanya diam beribu kata setelah mendengar ucapan Ucok, teman barunya.
“Iya, gue juga kesal sama tradisi ospek yang gak berguna gini. Kalau
gue senior, gue bakalan rubah tradisi ini.” Dengan semangatnya Udin berambisi.
“Lama amat nunggu senior, kenapa gak ngerubah
dari sekarang aja.” Celetuk Ucok
Setelah berfikir agak lama, akhirnya Udin bisa
menafsirkan perktaan Ucok, dan bisa memunculkan ide untuk celetukan Ucok
tersebut.
“Cok, ya udah kita kerja ssama aja bikin
perubahan di sekolah. Kita selesaikan semua masalah-masalah yang ada di sekolah,
kita jadi detektif gitu. Lu kan punya keberanian lebih gak kayak gue... Ayolah
cok, kita jadi detektif penumpas kedzoliman! Gimana Cok? Ayolah...”. Rayu Udin.
“Gue sih oke-oke aja”. Jawab Ucok singkat
“ Sip deh, Kita namain detektif double U. Udin
Ucok.”. Seru Udin.
“Double U itu kan W? Detektif W aja, lebih
simple dan asli indonesia”. Jelas Ucok
“Ok dah... Cocok”. Pungkas Udin.
Selama
satu semester awal di sekolah itu, Udin dan Ucok sudah melakukan banyak hal
yang positif dan bermanfaat bagi sekolah. Diantaranya adalah mengungkap misteri
hantu di sekolah, yang membuat semua siswa panik, karena hantu itu muncul pada
rapat OSIS, rapat paskibra, dan pada rapat PMR. Ucok dan Udin menyusun rencana
untuk menangkap sesuatu yang dikira hantu oleh teman-temannya itu, setelah lama
berfikir akhirnya ia menemukan hal yang menjadi kunci dari masalah itu yaitu
hantu selalu muncul pada kegiatan rapat, dan pada sore di hari itu organisasi
pramuka akan melakukan rapat. Dengan sigap mereka berdua berencana menyelidik
pada acara rapat itu. Setelsh lama menyelidik akhirnya mereka berdua menemukan
sekelompok cewek datang keruangan pramuka dengan membawa kain putih dan dengan
lagak berjalan mereka yang mengendap-endap membuat mereka berdua semakin
curiga. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya benar, terungkaplah sudah bahwa
yang menjadi hantunya itu adalah sekelompok cewek yang mereka temui tadi.
Keesokan harinya Udin dan Ucok melapor kepada
ketua OSIS, dan meminta kepada ketua OSIS agar semua ketua dari semua eskul dikumpulkan
pada sore hari. Setelah semua berkumpul, mereka menjelaskan bahwa para cewek
lah yang ada dibalik semua ini. Setelah ditanya alasan mengapa para cewek
melakukan itu semua, jawabannya karena para cewek sakit hati tidak dilibatkan dalam
organisasi. Ketua dan wakil ketua setiap organisasi hanya mengajak wanita yang
dekat dengannya saja, dan itu merupakan Nepotisme dan itu tidaklah baik.
Detektif W pun menyarankan pembagian kerja dieskul harus memakai sistem
Meritokrasi. Yakni Orang yang punya kemampuan dan keahlian itu yang dapat
jabatan, tidak peduli laki-laki atau perempuan.
Kasus selanjutnya yang terpecahkan detektif W
adalah perseteruan antara anak rohis dan anak paduan suara. Anak rohis merasa
terganggu dengan paduan suara yang selalu bernyanyi keras ketika anak rohis
melakukan pembinaan agama di masjid samapai-sampai menuduh bahwa paduan suara
hanyalah tradisi gereja. Para anak paduan suara tidak terima dengan tuduhan
anak-anak rohis. Akhirnya detektif W mencari jalan keluar dari masalah
tersebut. Setelah ditemukan titik temu kedua belah pihak, yaitu anak rohis
perlu pengganti nasyid pada acara isra miraj dan anak paduan suara butuh dana
untuk mengikuti acara paduan suara tingkat nasional. Setelah detektif W
menemukan celah tersebut, akhirnya perwakilan rohis dan paduan suara diminta
untuk bekerja sama, awalnya mereka menolak tapi setelah beberapa kali dibujuk,
akhirnya mereka setuju untuk bekerja sama.
Mereka pun akhirnya bekerja sama, anak paduan
suara menjadi pengganti nasyid yang tidak bisa hadir dalam acara isra mirajnya
anak rohis dan anak paduan suara mendapatkan biaya untuk mengikuti perlombaan.
Mereka pun akhirnya menjadi akrab kembali bahkan lebih akrab dari pada
sebelumnya berkat detektif W.
Dua masalah yang di selesaikan detektif W itu
membuat detektif W semakin terkenal. Sampai-sampai ketua OSIS meminta saran
untuk bagaimana acara pengenalan budaya berjalan meriah tetapi anggaran OSIS sekarang
tidaklah banyak. Dan Udin menyarankan untuk membuat acara “Culinary Day”, yaitu
acara pengenalan makanan khas daerah, satu siswa satu masakan dan masakan itu
akan di tukarkan kepada siswa lain yang berbeda daerah, dengan itu OSIS tidak
akan mengeluarkan banyak biaya dan dijamin acara meriah karena setiap siswa
akan berpartisipasi. Ketua OSIS setuju, namun datanglah masalah setelah itu,
yaitu sebagian siswa tidak mau bertukar masakan dengan beberapa daerah lain,
seperti mereka yang muslim tidak mau bertukar dengan orang batak seperti Ucok,
karena orang batak suka memakan daging anjing, ada juga orang bali yang
beragama hindu tidak mau bertukar makanan dengan siswa yang makanan khas nya
adalah daging, karena itu adalah pantangan untuk orang hindu, apalagi daging
sapi.
Keruwetan masalah ini berkembang semakin
parah, bahkan hampir saja acara culinary day dibatalkan pihak OSIS, tetapi
lagi-lagi detektif W punya inisiatif bagaimana kalau makanan khas daerah nya
itu yang berupa buah dan sayur. Karena buah dan sayur itu bukan pantangan bagi
ras, suku, daerah dan agama manapun. Akhirnya jalan keluar itu pun disetujui
semua pihak dan Culinary day berjalan lancar.
Detektif W semakin terkenal kala itu,
sampai-sampai detektif W di angkat menjadi ketua OSIS dan wakil OSIS. Udin
ketuanya dan Ucok wakilnya. Ditangan mereka semua tradisi buruk sekolah di hapuskan
dan diganti dengan hal yang bernilai positif. Hingga pada penerimaan siswa baru
pada kegiatan ospek, siswa baru diperlakukan bak raja dan jauh dari hal hal
hukuman yang pada tahun lalu detektif W rasakan. Dan akhirnya... Tercapailah
sudah cita-cita Udin dan Ucok yang mereka dambakan setahun yang lalu.
No comments:
Post a Comment