Nilai Ke Nilai

Nilai Ke Nilai

Jangan memang ketika setiap saat mendengarkan nasihat. Ceramah ceramah dari pertuah agama tak kunjung merubah prilaku umat manusia. Ketika pengetahuan hanya menjadi pengetahuan.

Dalam beberapa episode manusia manusia mengeluh karena tak kunjung pandai. Di balik itu, waktu demi waktu dalam hitungan presentasi, kita lupa menghitung berapa waktu yang terhabiskan untuk melamun, tidur dan hura hura serta untuk belajar dan mengimplementasikan pembelajaran.

Adakalnya kita meski dibenturkan dengan dinding kenyataan yang keras -Kemiskinan, pelecehan, pujian palsu, pengabaian, harapan hampa, dan keterpurukan- supaya kita sadar hidup ini tak seperti cerita Nabi Sulaiman yang dapat memindahkan istana Balqis dalam kedipan mata.

Ketika pengetahuan hanya menjadi pengetahuan, dan meja diskusi digelar dimana mana. Sepeti hujan yang akhir akhir ini ditempatku tak kunjung henti setiap beberapa momen. Namun ini momentum bagus untuk menanam pohon, bukan umbi umbian.

Akan selalu ada momentum. Mampukah kita membaca momentum? Momentum kesadaran untuk mengilhami nilai ke nilai bahwa kita sendiri makhluk tak ternilai dengan potensi yang melebihi nilai.

Jika orang tua dapat membaca dan menetukan musim (pranata mangsa) kenapa saat ini kita tak pernah membaca keadaan ini? Pantas kah keadaan ini disebut kemerosotan nilai?. Entah.

Dalam banyak hal ( terserah konsumtif ) kita menikmati kemajuan jaman dengan peran tekhnologi. Ini hajat bersama di gelora bung karya, setiap orang ditantang untuk hidup dan menghidupi kehidupan -kapitalis maupun sosialis - agar kehidupan ini terus berlangsung dengan sejahtera bersama. Jika kita punya langkah kecil, mulai lah menapaki inci demi inci kehidupan ini.

Semsisal kau tak berjalan kearahku, maka aku akan berjalan kearahmu membawa karya yang aku punya. Untuk satu nilai ke nilai lain yang memunyai nilai nilai positif untuk kehidupan.