1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii
Episode Cinta Hakiki
Oleh: Irpan Ilmi
______________________________

Semarak tahun baru 2014, bak cinta bermandikan rindu, sempurna.

Banyaknya karya buku; teori, novel, puisi, motivasi tentang cinta tak pernah membuat rak-rak ditoko buku kosong, malah semakin berjubal. Sepertinya tulisanku ini juga akan menambah koleksi buku tentang cinta. #PD

Karyaku lumayan banyak diterbitkan, diantaranya bertemakan “CINTA”. Pernah juga kau menulis buku yang berjudul “Cerita Sang Bunga” dengan anak judul “Sekuntum bunga cinta untuk kekasih”.

“Terpaksa”, kata itu yang sering muncul ketika menulis sebuah cerita cinta. Apalagi ketika mengikuti sebuah even dengan tema yang telah ditentukan; sebagai penulis, saya harus mengada-ngada dalam tulisan saya, seperti sesunggunya cerita itu, bahkan kadang saya merasa menjadi Tuhan untuk tulisan-tulisan saya; bebas membuat alur dan tokoh. (Itu hanya perasaan, saya masih ber Tuhan ya, jangan anggap saya murtad).

Istilah pacaran sangat ngetren disemua kalangan, anak hingga kakek dan nenek. Entah siapa yang mencetuskan kata pacara pertama kali. Jujur saja aku pernah mengalami hal itu, dulu. Sekarang, aku sedikit tidak berminat dengan kata pacaran. Kenapa?

Pacaran itu seperti halnya membuat sistem yang rumit tanpa sebuah perencanaan. Coba kalau pacaran itu seperti masuk sekolah;
1.      05.00 aku bangun dan mandi,
2.      06.00 sarapan,
3.      06.30 berangkat,
4.      07.00 pelajaran di mulai,
5.      09.30 istirahat
6.      10.00 pelajaran dilanjutkan
7.      11.45 istirahat dan shalat
8.      12.10 pelajaran dilanjutkan
9.      02.00 pulang

 Logikaku berkata, pacaran lebih rumit dari itu, meski harus ada kabar;
1.      Gimana kabar?
2.      Lagi apa?
3.      Udah makan belum?
4.      Lagi sama siapa?
5.      Kapan ketemu?
6.      Dan pertanyaan itu diulang setiap saat.

Mari kita diskusikan!

Pacaran berasal dari kata “Pacar”, dalam KBBI artinya teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih;
ber·pa·car·an v bercintaan; berkasih-kasihan: kedua remaja itu sudah ~ sejak mereka duduk di kelas tiga sekolah menengah tingkat atas;
me·ma·cari v menjadikan sbg pacar; mengencani: sudah lama ia ~ gadis itu;
pa·car·an v cak berpacaran 

Ceritaku...

Episode hari terus berjalan. Pohon-pohon telah menumbuhkan benih baru. Bunga-bunga bermekaran setelah musim penghujan datang, terjatuh kembali oleh derasnya hujan, alam ini memang tidak setabil. Aku merindukan hujan yang mengaburkan bau tanah, membuat katak-katak bernyanyi dipematang sawah, air-air sumur tercukupi, dan bunga-bunga bermekaran lantas menjadi buah, berkah.

Air hujan itu membasahi pikiranku, namun air mataku tak sanggup meneteskan butiran embun kepipi, mungkin karena aku seorang lelaki, tapi batinku menangis, menjerit.

Dewi dibalik tirai gelap berlapis air kehidupan. Bias warna senja menambah pesona, pelangi-pelangi membuat sebuah lengkungan, menuju kesuatu titik.

Titik hitam dalam hatiku berbicara
“Ada banyak alasan mengapa aku mencintaimu, dan menanggalkan cinta dalam sebuah perpisahan. Cinta, kata seandainya yang ingin aku tuntut pada Tuhan.

Awalnya aku heran, kenapa orang tuamu memberi nama Cinta untuk wajahmu yang cantik, senyummu yang menawan, dan tatapanmu yang tajam.

Awal pertemuan di sebuah even, tertulis nama dalam ID Card “Cinta Laila Putri Nur Mala” itulah kali pertama rasa penasaranku atasmu. Waktu itu kamu katakan aku lancang karena aku menatapmu dengan seksama kedalam dua bola matamu. Tapi, karena waktu itu pula aku menaruh rasa cintaku padamu, kamu kritis.

Cinta, kau harusnya mengingat kejadian itu, dibawah terik sinar mentari, dihari tanpa awan, dalam kegiatan yang padat, kulihat wajah cantikmu bermandikan keringat. Dua minggu kita lewati bersama. Hal paling romantis, Cinta, ketika kamu duduk disamping danau memndangi pagi dan aku mengagetkanmu dan kamu tercebur kedanau. Ada rasa berdosa, tapi lucu. Wajah cemberutmu yang kedinginan yang membuat lucu. Lantas kamu pergi begitu saja meninggalkanku.

Ah, menyesali perbuatanku. Aku mengadukan penyesalanku pada Mentari yang sinarnya memancarkan kemilau pada air yang tertiup angin.

Tidak disangka, kau mendorongku dari belakang, aku tercebur, kau tertawa terpingkal-pingkal, aku tertawa becampur dingin. Pagi itu kita melewati sinar hingga setonggak, menghangatkan pagi yang sedari tadi dingin. Bercerita banyak. Banyaknya cerita membuat kenangan, dan kita merajut kenangan selanjutnya.
Setahun aku kehilangan pagi. Mencari nomor dilayar Handphone yang mengingatkanku tentang pagi, semoga namamu masih Cinta. Kutekan tombol hijau dan ternyata masih aktif. Syukurlah namamu masih Cantik.

Mengulang cerita tentang pagi, rupnya kamu masih mengingatnya,masih mengingat pagi, mengingat kenangan, tentang kita.

Kata cinta... untuk Cinta...

Dimana burung yang terbang menyambar ikan pada didanau
Daun tua terombang-ambing di atas permukaan air
Memancarkan cahaya
Berkilauan bak berlian
Cinta, aku masih mengingat pagi itu
Kubisikan pada angin akan sebuah rasa
Kutitipkan pada cahaya tentang asa
Kusampaikan padamu kesungguhan cinta
Cinta, cinta yang tak pernah kau tanamkan padaku
Tumbuh sendiri oleh tiupan angin
Maukah kau menghiasi taman cintaku
Dengan cintamu, Cinta?

Keadaan menjadi sangat hening, tidak ada suara apa di HP, aku tertegun, mungkin Cinta juga tertegun memikirkan cinta.

Nada berat terdengar
“Kamu cinta padaku”
“Itu ungkapan cintaku untukmu Cinta”
“Lalu harus aku jawab apa?”
“Aku ingin kamu menghiasi taman cintaku, Cinta”

Dia menjawab rasa cintaku...

Duduk memandangi taman ditumbuhi satu bunga
Begitu indah, begitu memesona
Tahukah kamu
Taman itu terlalu indah dengan satu bunga
Aku ingin menghiasinya dengan lakuku, ucapku dan cintaku
Asal, jangan kau rusak taman cinta itu dengan cintamu
Itu saja permintaan cintaku

LDR (Long Distance Relationship) itulah kata yang kita sepakati. Jarak tidak akan memisahkan hubungan, bukankah Matahari dan Bumi terpisah ratusan juta KM., cahaya cintanya tetap menyinari bumi?

Ada tawa yang menggoda, ada kesal yang membahagiakan, ada bosan yang merindukan, ada rindu yang tersampaikan, namun tak ada perjumpaan.

Hingga cinta sampai pada sebuah tuntutan...

“Kamu pekerja keras, aku pekerja keras. Tapi mengapa kita tak saling mengerti? Sayang... aku tuh sibuk banget, tidak mungkin kan setiap saat kita harus SMS an. Kamu kan juga meski input barang setiap hari, aku harus mengantarkan barang setiap hari, tidak mungkin kan kita harus SMS an setiap saat”. SMS ini aku kirimkan, dan tidak ada balasan.

“Aku tuh hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, kamu sehat, tahu aktifitas kamu, kamu tidak selingkuh, itu saja, makanya aku SMS kamu setiap saat, harusnya kamu mengerti hal itu”. Ia membalas SMS ku.

Berpikir tentang media sosial, memikirkan fungsinya. Dalam teoriku, media sosial akan tidak diperlukan lagi kalau keakraban sosial; keluarga, tetangga dan teman dan pacar telah terjalin dengan baik.

Aku dan dia adalah pengguna media sosial aktif. Pasti sobat pembaca tahu status. Status kadang memicu adanya pertengkaran orang yang berpacaran. Gara-gara nulis status anu, dikomen sama si anu jadinya cemburu. Atau ketika akrab-akraban sama temen SMP, disangkanya balikan sama mantan dulu. Huh...

Hubunganku sama dia hanya berlangsung tiga bulan, setelah itu sembilan bulan tidak ada kabar, tapi kita masih pacaran.

Sampai suatu saat, saat mentari memancarkan teriknya, saat angin enggan lagi menyeka keringat yang mengalir didahi, saat keputusan telah diambil. Bagiku, perpisahan itu harus menjadi suatu hal yang sakral dan tidak boleh menyisakan rasa benci.

Keadaannya terbalik; Tentang cinta

Ada orang yang menyatakan cinta dengan bikin kejutan atau pasang moment sespesial mungkin agar kekasihnya bisa jatuh dalam pelukan hatinya , dan ketika putus hanya meninggal pesan singkat di SMS sesingkat kata "Kita Putus" tanpa pernah menemuinya lagi.

Kebalikan dari ini, sosok aku, aku menyatakan ungkapan sayang hanya lewat SMS sesingkat kata "Aku Cinta Kamu", dan ketika putus mengajak bertemu disuatu tempat, membicarakan baik-baik segala macam permasalahan dan diakhiri dengan kata "Maaf, mungkin suatu hari kita bisa menyambung cerita cinta ini kembali.

Senyum terakhir yang aku lihat darinya bertema perpisahan atas nama “Pacaran”. Dan kita adalah teman.”
Hingga aku tidak lagi pernah menjalin hubungan atas nama pacaran. Aku memaknai pacar yang artinya teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih sebagai hubungan yang terus berlangsung dengan romantismenya; sedih, bahagia, dll. Tanpa harus ada peraturan yang membelenggunya apalagi mengatur-ngatur.

Aku menjalin cinta dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Pacaran? Tentu aku pacaran, karena aku tetap berhubungan dengan cintaku. Teman adalah cinta. Aku berpacaran dengan teman-temanku, siapa saja yang sepakat dengan cintaku. Bukankah cinta itu tentang kesepakatan!.

Lanjutkan dengan cerita lainnya...

29 Desember 2013

Namanya Erna Aryani, seusia denganku. Dia pernah mengalami depresi akan cinta. Hatinya selalu gelisah. Wajahnya bercampur luka meski ia terus tersenyum dengan keadaan yang membelenggunya.
Dijembatan Suramadu kota Surabaya aku melihatnya tertegun, pandangannya menatap gelap. Cahaya tidak lagi membuat sekelilingnnya terang.

Sebenarnya dijalur jembatan motor dan boleh tidak berhenti. Kuhiraukan aturan itu ketika melihat Erna berusaha memanjat jembatan Suramadu. Terpaksa kubopong tubuhnya meski ia memberontak. Jematan mulai macet.

“Bunuh diri itu bukan jalan untuk menyelesaikan masalah”
“Siapa lu? Ngapain lu peduliin gw?”
“Tak penting siapa aku, yang jelas bunuh diri bukan solusi untuk menyelesaikan masalah”

Kemacetan bertambah panjang. Terdengar seruni polisi dari arah Surabaya menuju Madura. Air matanya semakin deras bercampus makian-makian tak henti padaku. Kutarik tangannya untuk ikut denganku, dia menolak, namun aku tetap memaksa.

“Udah mending kamu ikut aku aja, dari pada kita berdua ditangkap polisi dan masuk penjara”.
“Biarin Gw masuk penjara”.
“Iya kalau kamu doang, kalau aku ikut dimasukin penjara?”

Dia tertegun, rasa pedulinya pada orang lain rupanya masih ada. Segera kutancap gas. Polisi berusaha melaju disela-sela kendaraan yang macet. Perlahan kendaraan lainnya mulai melaju, aku selamat.
Diwarung kopi kuberhentikan motor. Erna masih menangis, aku diam saja. Perlahan air matanya mulai reda.

“Kamu mau minum apa?”
“Apa aja”
Kupesankan Es Kelapa muda. Satu gelas habis dalam sekali tenggakan. Mungkin dia lelah setelah kalut dengan pikirannya, dan air matanya yang tak kunjung reda.
“Mbak, Es Kelapa mudanya segelas lagi” Aku memesan untuk gelas kedua.
“Siapa namamu?” Sembari kuselunjorkan tangan.
Dia diam. Lama aku menjulurkan tanganku.
“Erna, Erna Arayani” Dia menjabat tanganku.

Rencanaku ke Bangkalan aku batalin. Putar balik ke Surabaya, tentu tanpa persetujuannya. Selama perjalanan dia diam saja. Hingga pagi menjelang, dia tidur dengan lelap di kosku.

Kusuguhkan teh hangat dan sepiring gorengan, ia terbangun.

“Mandi dulu sana!” ujarku

Menjelang siang aku mengajaknya berkeliling taman. Kupancing dia agar mau menceritakan masalahnya padaku.

“Aku sudah lama berpacaran dengannya. Namanya Barkah Wijaya Saepudin. Kira-kira kita berpacaran sudah satu tahun lebih. Tapi, entahlah, lama-lama hubungan kita semakin gak karuan. Dia selalu sibuk dengan aktifitasnya disalah satu komunitas band. Aku sih sebenarnya gak apa-apa dengan keseibukannya. Bahkan aku sering membatalkan janjiku agar bisa jalan dengannya.

Kita saling mengerti, saling mencintai, dan juga saling memahami. Aku menemani perjalanan karirnya, dari mulai yang terenda hingga sekarang dia berada dalam posisi penting dalam komunitas bandnya dengan gajih lumayan. Bagiku cinta itu adalah sesuatu yang selalu membuatku tersenyum. Jika ada masalah kita selalu menyelesaikannya bersama-sama.

Aku tak pernah menginginkan perpisahan dalam cinta. Putus bukan suatu pilihan, jika kita masih memperbaikinya, kenapa harus putus.itu prinsipku.

Masalahnya dia selalu memaksakan kehendak. Merasa pendapatnya paling benar, tapi pendapatnya tidak beralasan, hanya berdasar pada egonya. Aku sendiri suka bingung ketika dia bilang, “Bukan aku yang egois tapi kamu yang egois”, tapi letak egoisku dimana?.

Gara-gara aku menolaknya untuk ikut kepagelaran bandnya, dia marah-marah.

“Ini penting sayang, masa kamu enggak mau menghadiri acara yang penting bagiku” katanya dengan nada memelas”
“Tapi inikan sudah larut malam, lagian tempat shownya juga caffe yang banyak minumannya gitu,aku gak mau”
“Tapikan kamu gak harus minum, kamu hanya perlu duduk manis disana melihat aku mempersembahkan band yang aku menejeri”.
“Iya, tapi aku gak mau masuk tempat kaya gituan, jiji aku”
“Berarti kamu jijik sama aku”
“Ya enggalah”
“Ya udah kamu ikut!”
“Kan aku udah bilang aku gak mau”
“Terserah kamu sajalah, kamu naik taksi sana, kalo nggak ada kamu naik angkot aja”

Lantas dia pergi meninggalkanku sendiri ditengah keramaian. Tadinya aku mau pulang, tapi perasaanku akannya tidak enak. Jalan kaki aku menuju tempat dia Show. Ternyata benar tentang perasaanku, dia memang mempersembahkan band barunya, tapi setelah itu ia jalan dengan cewek lain.

Aku tidak terima dengan semua itu. Masa gara-gara aku tidak mau ikut dia jalan dengan cewek lain. Hatiku sakit, cintaku telah remuk waktu itu. Aku pergi, tidak sengaja aku menyonggol botol bir dan pecah. Aku tak perduli, dia melihat aku dan dia mengejarku. Seperti sinetron-sinetron itu. Aku kira kejadian-kejadian seperti itu hanya ada dalam sinetron, ternyata aku mengalaminya sendiri.

“Tadi itu temanku” dia berusaha menjelaskan.
“Oh, temen mesra-mesraan gitu?, kamu meluk-meluk dia gitu, megang-megang tangan dia gitu, kamu bilang dia teman? Hah?”
“Dia itu teman aku sejak SMP, dan kita sudah lama sekali tidak bertemu, ya wajarlah aku meluk dia, ini Jakarta, setiap orang bebas berpelukan.
“Iya, tapi aku enggak suka kamu kaya gitu. Memang kamu pernah liat aku berpelukan, pegangan tangan dengan cowok meski dia temen lamaku, tidak kan?

Aku sangat marah sekali ketika itu. Tidak kuperdulikan lagi jalanan yang ramai, seknyong-konyong kulintasi jalanan, dia mengejarku. Dan... Tuhan menyelamatkan nyawaku dihiruk pikunya jalanan, tapi Tuhan tidak menyelamatkan nyawanya. Dia meninggal tertabrak mobil. Aku sangat menyesal dengan semua itu, aku sangat menyanginya sebagaimana dia jahat padaku. Dan cewek itu, dia memang teman lamanya semenjak SMP, soal kenapa Barkah memegang tangannya, dia hanya berusaha meyakinkan kalau keluarganya akan baik-baik aja dirumah sakit. Aku pada waktu itu tidak mau mendengarkan penjelasannya. Aku menyesal.

Aku tidak bisa mengendalikan emosi. Aku merasa hidupku tak berarti, bahkan bagi orang yang begitu sayangi. Entah bagaimana ceritanya aku bisa sampai di Surabaya ini.aku mabuk waktu itu. Terbangun aku distasiun bertulisan stasiun Semut. Aku terus berjalan dengan tatapan yang kosong, hati yang hampa. Dia telah pergi aku ingin menyusulnya, aku ingin memaafkannya, juga aku ingin minta maaf padanya.

Itulah alasanku mengapa aku ingin bunuh diri. Tidak lagi aku memerdulikan baik dan buruknya, aku ingin menebus kesalahnku. Itu sana.

31 Desember 2013

Sorak orang-orang menyambut tahun baru. Perdabatan tentang tahun baru betajug pada halal dan haram. Inilah sebuah rahmat dari Tuhan. Menurutku.

Sore telah menjelma dengan cahaya-cahaya lampu. Erna masih belum ingin pulang ke Jakarta. Aku mengajaknya merayakan tahun baruan di Surabaya, sekalin berusaha menangkan hatinya

Cinta itu bagiku adalah sebuah kedamaian dan tidak boleh dipilah dan dipilah. Porsi cinta bagi manusia harus sama, yang harus berbeda itu cinta sama Tuhan, bagi orang yang percaya akan adanya Tuhan.

Cinta terhadap orang tua mungkin porsinya akan berbeda dan harus bebeda ketimbang cinta sama teman, pacar, atau pun guru. Karena orang tua lah yang lebih dulu  mengenalkan dan memberikan cinta pada  kita.
Cintanya orang tua dan cintanya manusia, bersumber dari Tuhan. Tuhan lan yang telah menciptakan cinta dan Tuhan juga yang juga yang menciptakan masalah dalam cinta, tentu masalah dalam cinta adalah bumbu penyedap agar rasa cinta itu semakin sedap untuk dinikmati.

Perjalanan dari Wonocolo ke Suramadu memang cukup jauh, ditambah lagi macetnya jalanan karena semua orang merayakan tahun baru, kecuali mereka yang menganggap tahun baru itu haram.

Aku ingin menujukan kesalahannya ditempat dia ingin mengakhiri hidupnya, jemabatan Suramadu.

Pantai memang selalu tampak indah, dengan sejuta pesona malam, dengan anginnya yang menentramkan hati.
Kita duduk disebelah barat pantai. Memandang hebatnya cinptaan manusia, jembatana Suramadu. Mentadaburri ciptaan Tuhan yang Agung.

“Tuhan punya rencana mengambil kekasihmu kehadirat-Nya, supaya kamu tidak terlena akan cinta dunia yang fana. Cinta didunia ini juga fana, kita juga fana, pasti akan meninggal. Namun, mengkhiri hidup dengan bunuh diri bukan suatu penyelesaian masalah. Kekasihmu disurga sana tidak akan pernah rela kamu melakukan hal itu. Dia ingin kamu hidup bahagia, dengan sisa perjalanan hidupmu didunia ini.

Aku sekarang tidak pacaran, tapi aku pacaran sama siapa saja. Sekarang kita lagi pacaran, mengikat kasih sesama manusia. Dalam prinispku orang itu pacaran, menjalin kasih, menjalin cinta hingga pada kahirnya dia meninggal dan menyisakan kenangan.

Cinta yang hakiki itu hanya pada Tuhan., Allah SWT. Aku tak pernah merasa kosong, hatiku selalu dipenuhi dengan cinta, bahkan ketika aku sendiri, diruangan yang gelap. Cinta Tuhan selalu menaungiku. Mungkin kau harus mencoba menanamkan hal itu dalam hatimu, agar ketika kau berada dalam gundah, hatimu yang suci akan cinta Tuhan takan pernah goyah. Dan hatimu selamanya berpegang pada cinta yang hakiki, yaitu cinta Tuhan, Allah SWT, didunia dan diakhirat. Kau bisa merenungi puisiku, bersama perenungan malam pergantian tahun, mari kita menjalin cinta kasih sesama manusia, dan mengikat hati dapa cinta yang abadi.


Tanpa Cintaku, Kau Tetap Mencintaiku

______________________________________

Sebutlah Tuhamu dengan nama cinta,
Agar kau tahu betapa cinta-Nya padamu

Betapa banyak waktu yang kau luangkan untuk menyebut Tuhanmu
Dibanding menyebut-nyebut nama-nama makhluknya yang fana

Jika kau mencari tentang keabadian,
Bukan bumi ini yang jawabannya
Karena virus pun bisa mati
Karena dinosaurus pun telah mati
Karena Einsten yang menciptakan teori pun mati

Man created form something to something else
But Allah created everything from nothing to be thing's else

Lantas cinta pun mati ketika manusia mati
Yang tersisa bukan cinta, melainkan kenangan

Berapa lama waktu yang ditawarkan untuk bercerita pada Tuhan
Diabanding lamanya waktu untuk bercerita dengan manusia
Sedangkan manusia hanya menawarkan solusi
Sedangkan Tuhan menciptakan solusi

Ini tentang kepercayaan
Jika pada manusia saja bisa percaya
Maka Tuhan lah yang memberikan rasa percaya

Bermunajat dibumi Tuhan, kaki menapak bumi
Kembali kebumi Tuhan, jasad dikubur
Menyisakan tulang benulang
Menyisakan kenangan
Pada siapa ruh itu akan kembali
Jika bukan pada Tuhan
Bernaung dalam cintanya, keabadian

Bahkan Dia pernah meminta hambanya untuk membalas cintanya
Bahkan Dia tidak meminta hambanya untuk memaksakan cintanya
Tapi, teruslah Ia mengayomi hamba_Nya dengan cinta
Bahkan sebelum akal mendefinisikan cinta
Bahkan sebelum nafsu melampiaskan cinta
Bahkan ketika cintamu tak lagi kau berikan
bahkan ketika kau tak lagi esok cintamu apakah masih tetap untuknya
Cinta Tuhan akan tetap dipersembahkan untukmu

Selepas napas membaur dengan kemunafikan
Akal mencari tentang kebenaran
Mencari jalan pulang
Pulanglah hanya pada keabadian
Pada cinta yang takan pernah pudar
Cinta Tuhan

Biarlah pikiran ingkar, dan lisan ingkar
Jangan biarkan hati kosong dari cinta hakiki
Agar kau tahu jalan pulang
CintaNya memang tak termaktub dalam teori
CintaNya lebih dari detak jantung dalam tubuh
CitanNya indah ketika kau ingin merasakannya

Bernaung,
Saat kau sadar jantungmu berdetak
Saat kau sadar darah mengalirkan energi
Saat itu kau alihkan pembicaraan pada Tuhan

Ada nalar yang tak bisa menjangkau
Ada titah yang tak dibantah

Bagian dari kepercayaan adalah iman
Ketika iman telah mendarah dan mendaging
Ketika itu pula rasa tak pernah sendiri meski dalam kesendirian
Ketika itu pula takut tak pernah ketakutan
Karena rasa dan takut itu telah membaur, menjelma menjadi cinta

Seandainya ajal dihadangkan saat ini
Saat ini pula raga memasrahkan kepergian ruhnya

Hal terindah dalam hidup ini adalah pembicaraan tentang cinta
Dan cinta yang abadi, hakiki yang selalu didamba
Cinta seperti itu hanya milik Tuhan

Memujilah, lebih dari mesra memanggil kekasihmu
Bersimpuhlah, lebih dari simpuhan sujud orang tuamu
Bertasbihlah, lebih dari kekagumanmu pada indahnya alam semesta
Hanya pada yang satu, Tuhan yang satu, yang disebut Allah SWT

Sejalankan hati, pikiran, lisan dan badan
Selamanya
Lailaha Ila Allah, Muhammad Ar Rasullullah
Subhanallah, Wa Alhamdulillah, Wa La Ilaha Illa Allah
Setiap dari itu hati, jiwa, dan raga terpenuhi oleh cinta
Cinta yang hakiki


1 Januari 2014

Malaikat mendatangiku lewat mimpi, bajunya putih, perangainya begitu indah. Tak kuat aku melihat sosok itu, aku terbangun.

Kulihat Erna bermunajat pada Tuhan dalam shalat malam. Matanya belinangan air mata. Tubuhnya dibalut mukena yang aku pinjam dua hari yang lalu, dihari pertama ia nginap dikosku. Dalam lirih doanya, tak sengaja ku dengar, "Tuhan, anugerahkan cinta hakikuMu agar selamanya aku bersimpuh padaMu, dan jiwaku tentram dalam menaungi kehidupan cintaMu"











No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK