Genre
sastra di Indonesia sangatlah beragam sebagaimana perkembangan jaman dan
pergelutan politik. Tentu semua itu memengaruhi pada karya sastra yang di
haturkan penulisnya. Hal ini bisa kita
tinjau dari pelbagai bidang garapan sastra; puisi, prosa dan drama.
Tulisan
saya kali ini akan mengelompokan jenis sastra di Indonesia kedalam dua bagian:
- 1. Sastra tradisional (sebelum 1920),
- 2. Dan sastra modern (setelah 1920).
1.
Sastra
Tradisional:
A)
Puisi
Mesti
sedikit karya sastra yang bisa dilacak, memang karena sedikitnya karya sastra
kala itu. Seperti halnya puisi. Dari jenis puisi yang telah ada kala itu adalah:
- i. Soneta dan kebanyakan populer di negeri Belanda. Noto Soeroto umpamanya, dalam bukunya yang berjudul Melati- knoppen (Kuntum Melati, 1915) Fluisteringen van de Avondwind (Bisikan Bayu Petang, 1917).
- ii. Selain soneta, kita akan menjumpai pantun sebagai karya sastra has Indonesia. Selain pantun yang menjadi ciri khas Indonesia,
- iii. Ada pula mantra
- iv. Dan masuk pula dalam kategori Sastra Indonesia Tradisional yaitu dongeng (Tukang Cerita).
- v.Syair. Kebanyak syair-syair ini diangkat kembali setelah tahun 1920. Misal Sjair Jatim Nestapa (1934), Sja’ir Abdul Malik (1934). Ada pula syair yang ditulis A. Rahman Sja’ir Sultan Nadirsjah (1928) dan Sja’ir Puteri Burdah (1931)
B)
Prosa
Mengenai
prosa tradisional, maka selayknya kita berbicara masalah roman sejarah. Karena
roman yang masih bisa dilacak adalah cetakan ulang di atas tahun 1920. St. Sati (Sabai nan Aluih, 1931),
M. Taib gl. (Tejrita Malim Deman,1930), dsb. Pun demikian Bakri
Siregar pada tahun 1919 terkenal dengan romannya “Student Hidjo” yang
rupanya jiga menulis cerita-cerita pendeknya beserta romannya dalam bahasa Jawa
dan Melayu.
2.
Sastra
Modern (Setelah 1920)
Meski
pembagian jaman setelah 1920 an cukup banyak, saya tidak akan membahas semua
secara ekplisit.
- 1. Puisi
Berawal
dari puisi setelah tahun 1920, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Hanya ada
ragam dan jenis baru yang bermunculan. Jika dalam pembahasan sebelumnya kita
mengenal Soneta, mantra, pantun, dan syair, maka pengatahuan kita sekarang
bertambah lagi dengan adanya Strum-und-Drang dalam puisi Muhammad Yamin
dengan judul “Bahasa, Bangsa.” Ada pula Soneta yang di tulis oleh Bung Hatta
dengan judul “Beranta Indera.” Peranan Rustam Effendi juga tidak bisa
dihiraukan dalam gubahan puisi-puisinya yang mencoba keluar dari latar
tradisional, jelasnya dari latar pantun namun lebih tidak berbentuk pantun dari
segi unsur pembayang maksud (hal. 38). Dan selanjutnya Amir Hamzah berhasil
menemukan titik temu dari perubahan yang di lakukan Rustam Effendi; sajak-sajak
yang berdekatan aliterasi, asonansi, dll. (lihat Hal. 39). Kemudian Chairil
Anwar, Asrul Sani, Sitor Situmorang, dll. yang lebih dikenal dengan sebutan sastrawan
Revolusioner.
- 2. Prosa
1. Penulisn
prosa terutama dalam bentuk roman banyak menginspirasi baik sebelum tahun 1920,
apalagi setelahnya. Seperti yang telah saya singgung dalam roman sejarah.
- a) Roman Politik.
Siapa yang tidak pernah
mendengar kisah “Sitti Nurbaja”, sebuah roman politik yang diterbitkan balai
pustaka tahun 1920. Menghiasi roman politik ada “Hikajat Sudjarmono (1924).
b)
Roman
Picisan.
Diantara mereka adalah (1)
Suman Hs (Kasih ta’ Terlarai, 1929), (Mentjari Pentjuri Anak Perawan, 1932),
dan (Tebusan Darah, 1939). (2) Ahmad Chartini (Tjinta Anak, 1936), Muhammad
Sjah (Dia dan Aku, 1938)
c)
Roman
Detektif.
Matu Mona (Zaman Gemilang
(193?)
2.
Prosa
Lirik.
Sesosok Aoh Karta penulis Sunda pada tahun 1950 ia menulis prosa lirik
dengan judul “Lakbok”.
3.
Esei.
Sutan Takdir Alisjahbana, dengan sebuah esai panjang tentang Bahasa
Indonesia
4.
Kritik
Dalam bidang ini ada H. B Jassin yang menulis kritik tentang Belenggu karya
Armijn Pane, Chairil Anwar dan Amir Hamzah.
5.
Cerpen.
M. Balfas seorang angkatan 45 dengan kumpulan cerpennya yaitu “Lingkaran-lingkaran
Retak”.
3.
Drama
Sanusi Pane dengan judul bukunya Air. Langga dan EenZame
Gareodavlucht yang keduanya diterbitkan 1928 dan 1930. Pada tahun-tahun ini
dikenal dengan masa drama sejarah. Setelah itu lahirlah sebutan drama modern,
diantaranya “Lukisan Masa” karya Armijin Pane dan Sanusi Pane tahun 1940 dengan
judul “Manusia Baru”. Penulisan drama ini,
termaktub dalam “penulisan drama pada waktu pendudukan Jepang hal. 153.
Lebih
jelas tentang penulis dan karya-karya sastra dari setiap item diatas bisa
dibaca dalam buku beliau. Selamat Membaca, selamat berkarya.
No comments:
Post a Comment