1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii

 STRATEGI DAN KOMUNIKASI PEMASARAN

Komunikasi pemasaran adalah proses penyampaian informasi dan pesan pemasaran kepada khalayak atau pelanggan potensial. Komunikasi pemasaran melibatkan penggunaan berbagai media dan alat untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan untuk mempromosikan produk, jasa, merek, atau organisasi tertentu.



Komunikasi pemasaran melibatkan berbagai elemen, seperti iklan, promosi penjualan, public relations, sponsorship, direct marketing, dan sales promotion. Elemen-elemen tersebut dapat digabungkan secara efektif untuk menciptakan kampanye komunikasi pemasaran yang konsisten dan terintegrasi.

Tujuan dari komunikasi pemasaran adalah untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang produk atau jasa, memperkuat citra merek, membangun loyalitas pelanggan, dan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Komunikasi pemasaran juga dapat membantu perusahaan untuk membedakan diri dari pesaing dan memperluas pangsa pasar.

Dalam menjalankan komunikasi pemasaran, perusahaan perlu mempertimbangkan khalayak atau pelanggan yang dituju, pesan yang akan disampaikan, media yang akan digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai. Semua elemen ini harus terintegrasi dengan baik untuk mencapai efektivitas dan efisiensi komunikasi pemasaran yang optimal

Menurut Syafruddin Chan, ada tiga konsep komunikasi pemasaran. Pertama, pemasaran massal (mass market) adalah konsep komunikasi pemasaran  satu arah yang ditujukan kepada semua orang. Pemasaran massal melalui iklan, seperti mengirim satu pesan ke semua orang tanpa harus mengidentifikasi dengan tepat kepada siapa  pesan itu dikirim. Kedua, konsep Pemasaran langsung (direct marketing)  yang mendasarkan kegiatan komunikasi pemasarannya pada database pelanggan yang sudah dimiliki, lebih bersifat satu arah. Ketiga, Hubungan Pemasaran (relationship marketing) mendasarkan konsep komunikasi pemasaran pada basis data, tetapi lebih menekankan pada interaksi, yaitu komunikasi  dua arah. Relationship marketing merupakan upaya untuk mengembangkan hubungan yang berkelanjutan dengan  pelanggan terkait dengan berbagai produk dan layanan.

Startegi Marketing:

1.      Mass Marketing

Mass Karket adalah istilah yang merujuk pada pasar yang sangat besar dan terdiversifikasi, yang terdiri dari sejumlah besar konsumen yang memiliki preferensi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Pasar ini sering dianggap sebagai pasar konsumen massal yang luas dan tidak tersegmentasi secara spesifik, sehingga produk dan layanan yang ditawarkan di pasar ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan sebanyak mungkin orang.

Mass market biasanya diidentifikasi oleh skala besar produksi dan distribusi, serta oleh kampanye pemasaran yang luas dan umum yang ditargetkan pada seluruh populasi konsumen. Contoh produk yang dikembangkan untuk pasar massal antara lain makanan ringan, minuman, produk kebersihan rumah tangga, kendaraan, dan elektronik konsumen.

Meskipun pasar massal dapat menawarkan peluang bisnis yang besar bagi perusahaan, namun persaingan yang ketat dan tantangan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda dari sejumlah besar konsumen dapat membuat pengembangan produk dan strategi pemasaran menjadi sulit. Oleh karena itu, banyak perusahaan memilih untuk memasuki pasar yang lebih tersegmentasi dan spesifik

mass market berkembang dari perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di seluruh dunia pada abad ke-20, yang menyebabkan terciptanya pasar konsumen yang sangat besar dan terdiversifikasi.

Perkembangan teknologi dan industri yang pesat, meningkatnya urbanisasi dan mobilitas, serta munculnya media massa dan periklanan yang terus berkembang, semuanya berkontribusi pada pembentukan pasar konsumen massal yang terus berkembang hingga saat ini.

Sejumlah besar perusahaan dan organisasi di seluruh dunia telah berkontribusi pada pengembangan pasar konsumen massal dengan menciptakan produk dan layanan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan sebanyak mungkin orang. Beberapa contoh perusahaan yang terkenal dalam memasarkan produknya ke pasar massal adalah Coca-Cola, McDonald's, dan Procter & Gamble.

2.      Direct Marketing

Direct marketing adalah sebuah teknik pemasaran di mana perusahaan atau organisasi mempromosikan produk atau layanan mereka secara langsung kepada konsumen atau pelanggan potensial tanpa melalui perantara pihak ketiga seperti distributor atau toko. Dalam direct marketing, perusahaan membangun dan memelihara hubungan langsung dengan konsumen atau pelanggan potensial melalui berbagai saluran, termasuk surat langsung, email, pesan teks, telepon, media sosial, dan situs web.

Dalam direct marketing, perusahaan berusaha untuk menjangkau konsumen secara pribadi dengan pesan yang relevan dan menarik, sehingga meningkatkan peluang untuk menjual produk atau layanan mereka. Direct marketing juga memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perilaku konsumen, preferensi, dan kebiasaan belanja mereka, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kampanye pemasaran yang lebih efektif di masa depan.

Contoh direct marketing adalah katalog produk, brosur, email marketing, dan pemasaran langsung melalui telepon atau surat langsung. Direct marketing dapat dilakukan oleh perusahaan besar maupun kecil, dan sering kali menjadi bagian penting dari strategi pemasaran mereka untuk menjangkau pelanggan secara langsung dan efektif.

Direct marketing berkembang sebagai salah satu strategi pemasaran yang muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Amerika Serikat. erusahaan dan organisasi seperti Montgomery Ward, Sears Roebuck, dan L.L. Bean, dianggap sebagai pionir dalam pengembangan teknik direct marketing, terutama dalam hal menggunakan katalog sebagai alat pemasaran langsung kepada konsumen.

Sejak saat itu, teknik direct marketing terus berkembang dan menjadi semakin kompleks dan terdiversifikasi, termasuk penggunaan teknologi informasi modern seperti email dan media sosial sebagai saluran pemasaran langsung kepada konsumen. Direct marketing menjadi bagian penting dari strategi pemasaran banyak perusahaan di seluruh dunia, membantu mereka mencapai konsumen secara langsung dan efektif.

3.      Relationship Marketing

Relationship marketing adalah strategi pemasaran yang bertujuan untuk membangun dan memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan atau konsumen dengan cara menawarkan nilai tambah dan memberikan pelayanan yang berkualitas. Konsep relationship marketing menekankan pentingnya membangun hubungan yang baik antara perusahaan dan pelanggan dengan cara berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta memberikan layanan yang memuaskan.

Dalam relationship marketing, perusahaan tidak hanya berusaha untuk menjual produk atau layanan kepada pelanggan, tetapi juga berusaha untuk memahami kebutuhan dan keinginan mereka, dan membantu mereka memecahkan masalah atau mencapai tujuan mereka. Perusahaan juga berusaha untuk mempertahankan hubungan yang sudah terjalin dengan pelanggan dengan cara memberikan pelayanan yang berkualitas dan terus berkomunikasi secara aktif dengan mereka.

Salah satu tujuan utama dari relationship marketing adalah untuk membangun loyalitas pelanggan jangka panjang, sehingga mereka akan terus membeli produk atau layanan dari perusahaan dan mungkin bahkan merekomendasikan produk atau layanan tersebut kepada orang lain. Relationship marketing juga dapat membantu perusahaan mengurangi biaya pemasaran, karena biaya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada cenderung lebih rendah daripada biaya untuk mencari pelanggan baru.

Contoh strategi relationship marketing termasuk program loyalitas, pelayanan pelanggan yang responsif, program pelatihan atau edukasi bagi pelanggan, dan pengembangan produk atau layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Konsep ini berkembang sebagai salah satu pendekatan pemasaran yang muncul pada tahun 1980-an sebagai reaksi terhadap orientasi pemasaran yang terlalu fokus pada penjualan produk dan kurang memperhatikan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Beberapa ahli pemasaran yang dianggap mempengaruhi perkembangan konsep relationship marketing adalah Leonard Berry, Jagdish Sheth, dan Robert Blattberg. Mereka memperkenalkan konsep "marketing relationship" yang menekankan pentingnya membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan membantu mereka mencapai tujuan mereka.

Namun, konsep relationship marketing tidaklah sepenuhnya baru, karena sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa perusahaan sebelumnya, seperti Sears, Roebuck & Co. yang telah membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui program katalog yang dikirimkan secara berkala.

Sejak saat itu, konsep relationship marketing terus berkembang dan menjadi semakin penting dalam strategi pemasaran banyak perusahaan di seluruh dunia, terutama dengan semakin pentingnya kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan dalam mencapai kesuksesan bisnis jangka panjang.

4.      Niche Marketing

Niche marketing adalah strategi pemasaran yang bertujuan untuk memasarkan produk atau layanan kepada segmen pasar yang sangat spesifik atau sempit. Segmen pasar ini biasanya terdiri dari kelompok konsumen yang memiliki kebutuhan atau keinginan yang unik atau spesifik yang tidak dapat dipenuhi oleh produk atau layanan yang tersedia di pasar secara umum.

Contohnya, produk atau layanan yang ditujukan untuk konsumen yang memiliki alergi makanan, hobi tertentu, atau golongan usia tertentu. Dalam niche marketing, perusahaan fokus pada segmen pasar tertentu dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam segmen pasar tersebut dengan cara memberikan produk atau layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Keuntungan dari niche marketing adalah perusahaan dapat membangun posisi yang kuat di pasar tertentu, dan mengembangkan reputasi sebagai penyedia produk atau layanan yang spesifik dan berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari segmen pasar tertentu karena konsumen cenderung lebih bersedia membayar lebih mahal untuk produk atau layanan yang unik dan tidak tersedia secara umum di pasar.

Namun, kelemahan dari niche marketing adalah pasar yang terlalu sempit, sehingga perusahaan mungkin menghadapi risiko ketika hanya bergantung pada satu segmen pasar. Perusahaan juga harus berhati-hati dalam memilih segmen pasar yang tepat dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam segmen pasar tersebut dengan baik.

istilah "niche marketing" pertama kali digunakan oleh seorang penulis bernama Jack Trout dalam bukunya yang berjudul "Positioning: The Battle for Your Mind" yang diterbitkan pada tahun 1981. Dalam buku tersebut, Trout menyarankan bahwa perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan memposisikan diri mereka di pasar yang sangat spesifik atau sempit.

Sejak saat itu, konsep niche marketing terus berkembang dan menjadi salah satu strategi pemasaran yang penting bagi banyak perusahaan untuk memasarkan produk atau layanan mereka kepada segmen pasar yang sangat spesifik atau sempit.

 

Ada beberapa teori komunikasi pemasaran yang sering digunakan dalam praktik pemasaran, di antaranya:

1.      Teori AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)

Teori AIDA merupakan teori yang menjelaskan proses yang harus dilewati oleh konsumen sebelum membeli suatu produk atau jasa. Teori ini membagi proses pembelian menjadi empat tahap: perhatian, minat, keinginan, dan tindakan. Konsep ini digunakan untuk membantu perusahaan membangun kampanye pemasaran yang efektif.

Teori AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu teori komunikasi pemasaran yang digunakan untuk merancang pesan pemasaran yang efektif. Teori ini dianggap sebagai salah satu teori komunikasi paling awal dan paling penting dalam pemasaran.

Menurut teori AIDA, untuk meraih keberhasilan dalam pemasaran, pesan pemasaran harus mengikuti empat tahap urutan yang saling terkait, yaitu:

a.       Attention (Perhatian): Pertama-tama, pesan pemasaran harus menarik perhatian konsumen agar mereka tertarik untuk memperhatikan pesan tersebut. Ini dapat dicapai melalui judul yang menarik atau pesan visual yang menarik perhatian.

b.      Interest (Minat): Setelah menarik perhatian konsumen, pesan pemasaran harus membangkitkan minat konsumen dengan menghadirkan manfaat atau keuntungan yang ditawarkan oleh produk atau layanan yang dipromosikan.

c.       Desire (Keinginan): Setelah menciptakan minat, pesan pemasaran harus mendorong konsumen untuk mengembangkan keinginan untuk membeli produk atau layanan yang dipromosikan. Ini dapat dicapai dengan menyoroti manfaat yang unik dan menggugah konsumen untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka.

d.      Action (Aksi): Terakhir, pesan pemasaran harus mendorong konsumen untuk melakukan tindakan, seperti membeli produk atau layanan yang dipromosikan. Pesan harus menyediakan informasi yang jelas dan mudah diikuti tentang cara membeli produk atau layanan tersebut.

Dalam rangka memanfaatkan teori AIDA secara efektif, pesan pemasaran harus mencakup unsur-unsur yang memenuhi setiap tahap AIDA dan diimplementasikan dengan tepat sesuai dengan tujuan pemasaran yang ingin dicapai.

Teori AIDA pertama kali diperkenalkan dalam buku "The Principles of Advertising" karya E. St. Elmo Lewis pada tahun 1898, seorang pakar pemasaran asal Amerika Serikat. Lewis membagi proses pemasaran menjadi empat tahap yang disebut sebagai AIDA, yaitu Attention, Interest, Desire, dan Action.

2.      Teori Komunikasi One-Way dan Two-Way

Teori komunikasi one-way dan two-way menjelaskan tentang dua jenis komunikasi yang terjadi dalam pemasaran. Komunikasi one-way adalah komunikasi yang hanya berlangsung dari perusahaan ke konsumen, seperti iklan dan promosi. Sedangkan, komunikasi two-way melibatkan dialog dua arah antara perusahaan dan konsumen, seperti layanan pelanggan dan media sosial.

Teori komunikasi one-way dan two-way dalam marketing merujuk pada jenis-jenis komunikasi yang digunakan dalam pemasaran untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

 

Komunikasi one-way atau komunikasi satu arah adalah jenis komunikasi di mana pesan pemasaran disampaikan dari perusahaan atau pengiklan ke audiens tanpa adanya interaksi balik. Contoh dari komunikasi one-way adalah iklan di televisi, radio, atau cetak.

 

Sementara itu, komunikasi two-way atau komunikasi dua arah adalah jenis komunikasi di mana pesan pemasaran disampaikan dari perusahaan atau pengiklan ke audiens dan kemudian audiens memberikan umpan balik atau tanggapan yang kemudian digunakan untuk meningkatkan pesan pemasaran. Contoh dari komunikasi two-way adalah survei pelanggan, layanan pelanggan, dan media sosial.

 

Dalam konteks pemasaran, komunikasi one-way dan two-way memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Komunikasi one-way dapat mencapai audiens yang lebih luas, lebih mudah untuk diatur, dan lebih efisien dalam hal biaya. Namun, komunikasi one-way cenderung kurang efektif dalam membangun hubungan dengan pelanggan karena tidak ada interaksi langsung antara perusahaan dan audiens.

 

Sementara itu, komunikasi two-way dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan, mengumpulkan umpan balik yang berharga, dan memperbaiki kelemahan dalam pesan pemasaran. Namun, komunikasi two-way cenderung lebih sulit untuk diatur, membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya, dan mungkin tidak mencapai audiens yang luas seperti pada komunikasi one-way.

 

Dalam strategi pemasaran yang efektif, perusahaan sering menggunakan kedua jenis komunikasi untuk mencapai tujuan pemasaran mereka. Komunikasi one-way digunakan untuk meningkatkan kesadaran merek dan mencapai audiens yang lebih luas, sedangkan komunikasi two-way digunakan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan dan memperbaiki pesan pemasaran.

konsep ini telah dipelajari dan diadopsi oleh banyak ahli pemasaran dan komunikasi sepanjang sejarah perkembangan pemasaran dan komunikasi. Sebagai contoh, dalam bukunya "Integrated Marketing Communications" (1993), Don Schultz, Stanley Tannenbaum, dan Robert Lauterborn menjelaskan tentang pentingnya menggunakan kedua jenis komunikasi dalam strategi pemasaran yang efektif.

 

Selain itu, konsep ini juga telah dikembangkan lebih lanjut oleh para ahli dalam konteks pemasaran digital dan media sosial, di mana interaksi dua arah antara perusahaan dan pelanggan semakin penting dalam membangun hubungan dan memperkuat merek.

 

3.      Teori Hierarki Efek Komunikasi

Teori hierarki efek komunikasi menjelaskan tentang tahapan yang harus dilalui oleh konsumen sebelum membeli suatu produk atau jasa. Tahapan tersebut meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, dan tindakan. Konsep ini membantu perusahaan memahami proses mental konsumen dalam membuat keputusan pembelian.

Teori Hierarki Efek Komunikasi (HEC) adalah sebuah model konsumen yang menggambarkan bagaimana konsumen merespons pesan pemasaran. Teori ini menggambarkan bahwa konsumen mengalami empat tahap sebelum akhirnya membeli produk atau jasa. Tahapan tersebut adalah awareness (kesadaran), knowledge (pengetahuan), liking (kesukaan), dan preference (preferensi).

 

Menurut teori HEC, tahap-tahap tersebut harus dilalui secara berurutan dan terintegrasi agar konsumen akhirnya membeli produk atau jasa. Tahap kesadaran adalah tahap di mana konsumen memperoleh informasi tentang produk atau jasa yang ditawarkan. Tahap pengetahuan adalah tahap di mana konsumen memahami informasi tersebut dan dapat menjelaskan produk atau jasa tersebut. Tahap kesukaan adalah tahap di mana konsumen mulai menyukai produk atau jasa tersebut. Dan tahap preferensi adalah tahap di mana konsumen memilih produk atau jasa tersebut sebagai pilihan utama mereka.

 

Teori HEC juga menggambarkan bahwa pesan pemasaran harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan di setiap tahap. Pesan yang sukses akan membuat konsumen melalui setiap tahap dengan lancar dan cepat. Jika konsumen terjebak di salah satu tahap, maka pesan pemasaran perlu disesuaikan untuk memastikan bahwa konsumen dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.

 

Teori HEC digunakan sebagai panduan dalam merancang strategi pemasaran, khususnya dalam mengembangkan pesan pemasaran. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert Lavidge dan Gary A. Steiner pada tahun 1961 dan menjadi konsep yang populer dalam pemasaran hingga saat ini.

 

4.      Teori Media Sosial dan Pemasaran

Teori media sosial dan pemasaran membahas tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun hubungan dengan konsumen dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap merek. Konsep ini mempertimbangkan berbagai faktor, seperti sasaran audiens, konten, dan interaksi dengan konsumen.

Teori Media Sosial dan Pemasaran membahas tentang bagaimana penggunaan media sosial dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran. Teori ini menggambarkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

 

Salah satu konsep dalam teori ini adalah bahwa media sosial memungkinkan interaksi dua arah antara perusahaan dan pelanggan. Dalam interaksi ini, perusahaan dapat mendengarkan umpan balik dari pelanggan dan menyesuaikan strategi pemasaran mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu, media sosial memungkinkan perusahaan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dan personal dengan pelanggan, yang dapat membantu meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan.

 

Teori Media Sosial dan Pemasaran juga menekankan pentingnya konten yang relevan dan menarik untuk menarik perhatian pelanggan. Dalam media sosial, konten yang menarik dapat dengan mudah dibagikan dan menyebar, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mencapai khalayak yang lebih luas. Selain itu, teori ini juga menekankan pentingnya penggunaan analisis data untuk memahami perilaku dan preferensi pelanggan, yang dapat membantu dalam pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif dan efisien.

 

Teori Media Sosial dan Pemasaran terus berkembang seiring dengan perkembangan media sosial dan teknologi digital. Teori ini menjadi penting dalam membantu perusahaan untuk memahami cara terbaik untuk menggunakan media sosial dalam pemasaran mereka dan memanfaatkan keuntungan dari platform ini untuk mencapai tujuan pemasaran mereka.

 

para ahli pemasaran seperti Philip Kotler, Kevin Keller, dan Gary Armstrong telah membahas pentingnya media sosial dalam pemasaran dan memberikan panduan tentang bagaimana media sosial dapat digunakan dalam strategi pemasaran yang efektif. Selain itu, banyak praktisi pemasaran yang telah mengembangkan praktik terbaik untuk penggunaan media sosial dalam pemasaran, dan banyak studi dan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji efektivitas penggunaan media sosial dalam pemasaran.

 

Jadi, teori media sosial dan pemasaran merupakan hasil dari kontribusi dari banyak orang dan sumber yang berbeda, dan terus berkembang seiring dengan perubahan dalam industri pemasaran dan media sosial.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK