1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii

 

BAB I PENDAHULUAN


Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939 dan meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 (usia 66 tahun). Ayah Nurcholish bernama KH. Abdul Madjid bin Ali Syukur, yang dikenal sebagai pendukung Masyumi, sedangkan ibunya bernama Fatonah adalah putri Kiai Abdullah Sadjad dari Kediri, Nurcholish mempunyai tiga orang adik. Nurcholish memulai pendidikannya ketika ia memasuki Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah, kemudian Nurcholish melanjutkan ke pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso di Jombang.

Pendidikan Islam menjadi signifikan setidaknya karena dua hal. Pertama, pendidikan akan menjadi dasar nilai keislaman yang akan membimbing seseorang menuju totalitas penyerahan diri kepada Allah, dengan cara aktualisasi doktrin Islam secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan. Kedua, pendidikan Islam menjadi penting saat Islamisasi ilmu pengetahuan dapat diformulasikan. Tanpa adanya kontribusi dari institusi pendidikan Islam, Islamisasi tidak dapat terealisasi.

Disebabkan oleh pengalamannya itulah ide-ide segar Nurcholish muncul, Nurcholish tidak segan-segan mengemukakan gagasannya baik dalam forum resmi intern mahasiswa maupun dalam pertemuan umum. Nurcholish dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharuan pemikiran Islam Indonesia pada dekade tahun 1970-an, bahkan beliaulah yang dinyatakan sebagai pencetus pembaharuan pemikiran Islam.

A.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana Biografi Nurkholis Majid ?

2.      Bagaimana proses sosialisasi pendidikan nurkholis majid?

3.      Bagaiamana kedudukan pendidikan dalam masyarakat pandangan nurkholis majid?

4.      Apa tujuan Pendidikan menurut Nurkholis Majid?


 

 

B.     Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Biografi Nurkholis Majid

2.      Proses sosialisasi pendidikan nurkolis majid

3.      Kedudukan pendidikan dalam masyrakat nurkholis majid

4.      Tujuan pendidikan menurut Nurkholis Majid

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II


 

 

PEMBAHASAN

A.     Biografi Nurkholis Majid

Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939 dan meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 (usia 66 tahun). Ayah Nurcholish bernama KH. Abdul Madjid bin Ali Syukur, yang dikenal sebagai pendukung Masyumi, sedangkan ibunya bernama Fatonah adalah putri Kiai Abdullah Sadjad dari Kediri, Nurcholish mempunyai tiga orang adik. Nurcholish memulai pendidikannya ketika ia memasuki Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah, kemudian Nurcholish melanjutkan ke pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso di Jombang.

Kemudian Nurcholish melanjutkan ke KMI (Kuliyyatul Mu’allimin) Pondok Modern Gontor. Pondok Modern Gontor ini merupakan pondok yang sangat modern pada waktu itu. Setelah menamatkan sekolah di Gontor, Nurcholish melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan (1968). Nurcholish meraih gelar doktor di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1984) dengan disertasi Ibn Taimiyya On Kalam And Falasifa di bawah bimbingan Fazlur Rahman.

Pengembangan intelektualnya telah membuat Nurcholish dipercaya duduk sebagai aktivis pada organisasi ekstra mahasiswa yaitu sebagai Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sampai dua periode pada tahun 1966-1969 dan tahun 1969-1972. Nurcholish juga pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara, dan pernah menjadi Asisten Sekretaris Jendral International Islamic Federation of Students Organization (IFFSO).

B.     Proses sosialisasi pendidikan nurkholis majid

Disebabkan oleh pengalamannya itulah ide-ide segar Nurcholish muncul, Nurcholish tidak segan-segan mengemukakan gagasannya baik dalam forum resmi intern mahasiswa maupun dalam pertemuan umum. Nurcholish dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharuan pemikiran Islam Indonesia pada dekade tahun 1970-an, bahkan beliaulah yang dinyatakan sebagai pencetus pembaharuan pemikiran Islam.

Alasan itu dikarenakan pada pidatonya tanggal 2 Januari 1970 di Jakarta dalam acara yang diselenggarakan oleh organisasi HMI, PII (Pelajar Islam Indonesia), GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), dan PERSAMI (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia), pada waktu itu Cak Nur membawakan makalah yang berjudul Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, itulah momentum yang dianggap sebagai pembaharuan pemikiran Islam Indonesia. Pujian dan gelar terhadap Nurcholish tidak sedikit


 

 

diberikan kepadanya. K.H. Hamam Ja’far menyebut Nurcholish sebagai perpustakaan berjalan.

Media massa Barat menyebutnya sebagai Voice of Reason (suara kebenaran) atau Heart of His Nation (nurani bangsa). Pada tahun 1970-an, Nurcholish digelari sebagai Natsir Muda. Menjelang pemilihan presiden, Nurcholish dijuluki sebagai Guru Bangsa. Tidak hanya itu, Dawam Raharjo di harian Republika tanggal 8 Februari 2003 dalam artikelnya yang berjudul Di Sekitar Cara Mendiskusikan Pemikiran Keagamaan Akhir-akhir ini, Dawam menyatakan: sebagai seorang yang mempunyai rasa tanggung jawab ilmiah yang tinggi, Nurcholish menyertakan catatan kaki yang lengkap.

Komaruddin Hidayat yang mengenal Nurcholish lebih dekat menyatakan bahwa Nurcholish sangat mengesankan ketika bicara, tanpa emosi, dan tanpa semangat menggurui, kaya dengan ilustrasi dan rujukan kepustakaan serta kemampuan mengartikulasikan gagasan dengan jernih. Bagi mereka yang akrab dengan tradisi intelektual Islam abad pertengahan, tidak kaget dengan berbagai pikiran Nurcholish, karena Nurcholish selalu merujuk pada sumber Kitab Kuning yang klasik.

Pada 1986, Nurcholish bersama beberapa pemikir Muslim modernis mendirikan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta. Bagi Nurcholish, Paramadina merupakan media untuk membangun suatu tatanan masyarakat madani yang mengacu ke masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. Di Paramadina, orang-orang (Islam) menengah kota berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan dan kekinian. Nurcholish menjadikan Paramadina sebagai tempat untuk mensosialisasikan agama dan pemikiran pembaharuannya.

C.      Kedudukan pendidikan dalam masyarakat pandangan Nurkholis Majid

Menurut pandangan Nurkholis Majid kedudukan pendidikan dalam masyarakat adalah masyarakat yang beradab, berakhlak mutlak, dan berbudi pekerti luhur. Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat yang mengandung makna toleransi, kesediaan pribadi pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.

Nurcholish memberikan pengertian tentang masyarakat madani yakni Keseluruhan komponen masyarakat madani bergerak bersama-sama untuk mewujudkan suatu masyarakat yang menegakkan nilai-nilai kebaikan (ma’rÅ«f) demi terbentuknya masyarakat yang beradab (tamaddÅ«n). Model masyarakat ideal yang pertama dan menjadi contoh dalam sejarah Islam ialah masyarakat dan negara Madinah.


 

 

Berdasarkanuraian ini, ada dua alasan pokok mengapa konsep pembaharuan pendidikan Islamdi Indonesia untuk menuju masyarakat madani sangat mendesak.

a.       konsep danpraktek pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankanpada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan padakeseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikirankembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasartentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat madani.

b.       lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, belum atau kurang mampumemenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern dantantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang. Maka, untukmenghadapi dan menuju masyarakat madani diperlukan konsep pendidikan Islamserta peran sertanya secara mendasar dalam memberdayakan umat Islam.

Karena dalam pendidikan masyrakat harus berdemokrasi maka dalam pendidikan harus ikut berdemokrasi, Sedangkan civility merupakan kualitas etik yang dimiliki oleh masyarakat, seperti toleransi, keterbukaan, dan kebebasan yang betanggung jawab. Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat madani sangat ditentukan oleh sejauh mana kualitas civility tersebut dimiliki warganya. Interaksi sosial dalam pendidikan menurut Nurkholis Majid

D.     Tujuan pendidikan menurut Nurkholis

 

Pemikiran Nurkholis Majid tentang tujuan pendidikan Islam tidaklah tersajikan secara sistematis secara keseluruhan baik dalam sebuah buku atau artikel yang ditulisnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam ini dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu tujuan tertinggi, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara. Keempat tujuan ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

 

1.      Tujuan Tertinggi

Tujuan tertinggi adalah tujuan diutusnya manusia ke dunia. Selain sebagai seorang hamba, manusia juga dipilih sebagai khalîfah untuk “meneruskan” hasil ciptaan Allah di alam semesta. semua perbuatan yang manusia lakukan di dunia semata-mata akan berujung pada dua hal ini. Khalîfah berasal dari kata khalafa (dia menggantikan). Dalam al-Qur'an kata ini disebut sebanyak 127 kali dalam 12 derivasi yang berbeda. Term khalîfah disebut dua kali dalam


 

 

bentuk singular dan disebut tujuh kali dalam bentuk. Menurut Quraish Shihab, ayat-ayat tersebut menunjuk pada makna “di belakang”, karena seseorang yang menggantikan selalu hadir setelah orang yang digantikannya.

Untuk alasan ini khalîfah disebut “pengganti” Tuhan untuk menegakan hukum Allah. Bukan karena Allah tidak mampu, melainkan sebagai penghormatan terhadap manusia serta untuk menguji derajat mereka. Penegakan hukum Allah bukan semata-mata menjalankan perintah Allah untuk beribadah tetapi juga memperhatikan kebaikan lingkungan sekitar, baik kepada manusia, alam sekitar, atau kepada makhluk lainnya. Kemuliaan tugas khalîfah hanya diberikan kepada manusia yang dibekali akal sempurna yang terejawantah dalam ilmu pengetahuan, emosi, serta fttrah berupa kecenderungan untuk selalu mencari kebaikan dan kebenaran).

Karena kelebihan inilah Allah memerintahkan malaikat dan iblis untuk bersujud kepadanya. Kelebihan Adam bukan hanya terletak pada ilmu an sich, tetapi pada pengamalan ilmu yang terealisasikan dalam kemampuan mengenal lingkungan sekitar. Berdziki dengan dasar pengamatan alam semesta yang kemudian berbuah keimanan kepadaAllah adalah perilaku yang membuat manusia disebut sebagai ulul albâb. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

 

2.  Tujuan Umum

Pengembangan potensi-potensi tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertinggi dapat disebut tujuan umum pendidikan. Terdapat kaitan yang sangat erat di antara ilmu, emosi, fttrah. Ketiganya membentuk hubungan sirkular yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ilmu tidak dengan sendirinya membawa manusia pada keselamatan. Ilmu akan baik jika ditundukkan dalam fitrah kemanusiaan. Begitu pula dengan emosi, akan baik jika diarahkan oleh ilmu yang baik dan akan membawa keburukan jika tidak diarahkan dengan ilmu.

Nurkholis majid mengasosiasikan ilmu pengetahuan sebagai syarî’ah atau jalan. Sebuah jalan ini akan mengantarkan pada tujuan akhir hidup manusia, yaitu pengenalan dan keinsyafan akan Tuhan. Pengalaman kesadaran bertuhan setiap manusia berbeda-beda. Misalnya, seorang sufi tidak dapat membagi pengalamannya dengan orang lain. Akan tetapi, dia bisa bertindak


 

 

sebagai ahlu ilmu yang membagi jalan, yaitu ilmu pengetahuan, kepada orang lain Ilmu pengetahuan sendiri pada hakikatnya bersifat netral, artinya tidak mengandung nilai kebaikan atau kejahatan pada dirinya sendiri. Dengan berpijak pada penafsiran Yusuf Ali atas kisah Adam yang memakan al-khuld, Nurkholid Majid menyebut bahwa manusia dibekali “emosi” yang dapat mengarahkannya pada kebahagiaan sekaligus pada kenistaan. Baik buruknya ilmu tergantung pada emosi yang menggiringnya. Begitupula dengan kecenderungan emosi yang dapat dikendalikan atau setidaknya diwarnai oleh ilmu pengetahuan. Sifat ketuhanan dalam diri manusia termanifestasi dalam sebuah fitrah yangg dimiliki manusia. Fitrah manusia senantiasa menggiringnya menuju kebaikan dan kebahagiaan.

 

3.  Tujuan Khusus

Bagi Nurkholis Majid, kesadaran manusia akan siapa dirinya dan apa tujuannya di dunia ini sangat penting. Tugas utama manusia adalah untuk mengenal dan memiliki keinsyafan tentang Allah yang terwujud dalam bukti peribadatan. Berpijak pada makna kalimat tauhid yang mengandung arti negasi dan afirmasi, manusia harus meyakini hanya Allah satu-satunya dzat yang Esa dan yang berhak disembah. Sebelum meyakini keesaan Allah ini manusia terlebih dahulu harus mengosongkan hati, perkataan, dan perbuatannya dari ketergantungan kepada selain dari Allah. Bukti ketauhidan itu terejawantah dalam setiap perilaku dan peribadatan yang dikhususkan sebagai bukti kepasrahan kepada Allah. Pembersihan diri dari syirik merupakan langkah pertama untuk menyadari posisi manusia sebagai hamba Tuhan.

Keimanan bukan hanya berkaitan dengan hubungan vertikal manusia terhadap Allah, namun juga hubungan horizontal terhadap sesama manusia. Iman bukan hanya sebuah keyakinan yang ada di dalam hati, namun juga terealisasikan dalam amal saleh dan akhlak yang baik. Nurkholis Majid menggambarkan hubungan iman dan amal saleh ini dalam gerakan dalam shalat. Ketika memulai shalat, manusia harus disiplin dalam melaksanakan rukun. Tidak boleh makan, tidak boleh mengobrol, dan tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membatalkan shalatnya. Hal ini menunjukkan bahwa saat beribadah, manusia harus konsisten saat menghadap kepada Allah. Pada akhir shalat, ada gerakan menengok ke kanan dan ke kiri.

 

4.  Tujuan Sementara

Tujuan sementara pendidikan menurut nurkolis majid salah satunya dapat dilihat dari sebuah makalah yang ia sampaikan pada seminar yang diadakan


 

 

oleh Departemen Agama RI di IPB, Bogor, pada 12 Mei 1998 (Madjid, 2015). membahas persoalan pengajaran agama di perguruan tinggi. Ia membedakan antara tujuan pendidikan di perguruan tinggi umum dapat digeneralisasi menjadi semua sekolah sekuler dan pendidikan di perguruan tinggi Islam dapat digeneralisasi menjadi semua madrasah. Pada sekolah umum, pengajaran agama dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban setiap orang mengetahui dasar-dasar ajaran agamanya sebagai seorang pemeluk. Dalam hal ini pendidikan agama berperan menunjukkan para pemeluknya bagaimana menjadi pemeluk agama yang baik, memberikan pemahaman dasar agama yang benar, serta memberikan pandangan hidup keagamaan. Dengan kata lain, pendidikan agama bertujuan untuk memberikan nuansa moral dan etika pada ilmu-ilmu pengetahuan sekuler, bukan untuk mencari legitimasi dalil naqlî bagi ilmu-ilmu tersebut.


 

 


 

 

 

A.     Simpulan


BAB III PENUTUP


Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939 dan meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 (usia 66 tahun). Ayah Nurcholish bernama KH. Abdul Madjid bin Ali Syukur, yang dikenal sebagai pendukung Masyumi, sedangkan ibunya bernama Fatonah adalah putri Kiai Abdullah Sadjad dari Kediri, Nurcholish mempunyai tiga orang adik. Nurcholish memulai pendidikannya ketika ia memasuki Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah, kemudian Nurcholish melanjutkan ke pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso di Jombang.

Pada 1986, Nurcholish bersama beberapa pemikir Muslim modernis mendirikan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta. Bagi Nurcholish, Paramadina merupakan media untuk membangun suatu tatanan masyarakat madani yang mengacu ke masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. Di Paramadina, orang-orang (Islam) menengah kota berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan dan kekinian. Nurcholish menjadikan Paramadina sebagai tempat untuk mensosialisasikan agama dan pemikiran pembaharuannya.

Menurut pandangan Nurkholis Majid kedudukan pendidikan dalam masyarakat adalah masyarakat yang beradab, berakhlak mutlak, dan berbudi pekerti luhur. Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat yang mengandung makna toleransi, kesediaan pribadi pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.

Pemikiran Nurkholis Majid tentang tujuan pendidikan Islam tidaklah tersajikan secara sistematis secara keseluruhan baik dalam sebuah buku atau artikel yang ditulisnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam ini dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu tujuan tertinggi, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara. Keempat tujuan ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

B.     Saran


 

 

DAFTAR PUSTAKA

Musryfin zaen 2016 Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Pembaharuan Pendidikan Islam. Volume: 02 Hal (328)

Widiat Moko Catur 2017 Pluralisme Agama Menurut Nurcholish Madjid (1939- 2005) dalam Konteks Keindonesiaan. Volume: 06 Hal (65)

Janah Nasitotul 2017 Nurcholish Madjid dan Pemikirannya (Diantara Kontribusi dan Kontroversi) Volume: 12 Hal (46)

Fazilah nur 2017  Konsep Civil Society Nurcholish Madjid Dan Relevansinya Dengan Kondisi Masyarakat Indonesia Kontemporer. Volume: 02 Hal (209)

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK