Hidup Itu Menyenangkan, Kita Yang Membuatnya Jadi Rumit
Sebentar saja, saya mengajak anda untuk menyelesaikan tulisan ini -baik dalil al qurannya ataupun penjelasannya. Semoga bacaan kita menjadi ibadah dan mendapat rizki tiada tara dari Allah S. W. T. semoga bagi saudara yang tidak seiman, dapat menjadi pelajaran dan bisa mengambil hikmah untuk meningkatkan kualitas hidup di dunia ini.
Saya akan memulai dari firman Allah S. W. T. dalam Surat Al Hadid Ayat 19-24.
Saya akan memulai dari firman Allah S. W. T. dalam Surat Al Hadid Ayat 19-24.
وَالَّذِينَ
آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ ۖ
وَالشُّهَدَاءُ عِندَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ
الْجَحِيمِ (19)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20)
سَابِقُوا
إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21)
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي
كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرٌ (22)
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (24)
Artinya:
Dan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan
mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir
dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka (19).
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (20)
Berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang
besar. (21)
Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (22).
(Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri(23).
(yaitu) Orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka
sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. 24
- Berkata Jujur. Acapkali kita sering di hadapkan dalam situasi yang sangat mendesak, kemudia kita membuat alasan, membenarkan alasan, karena faktor kebutuhan, pada akhirnya kita berbohong. Memang lidah tidak bertulang, betapa lihai ia bersilat, memainkan kata-kata dan diputuskanlah untuk memanipulasi kesalahan menjadi kebenaran. Berbohong. Pramudia Ananta Tour pernah berkata "Berbuat baiklah sejak dalam pikiran". Mari kita refleksikan sejenak, betapa jujurnya kita dulu ketika bayi.Semua-semua yang berbentuk menyakitkan dibahasakan dalam bahasa tangis dan semua yang berbentuk kebahagian dibahasakan dalam bahasa senyum. Sangat sederhana sekali. Sementara, dewasa ini, kita lebih suka menipu diri, hati, pikiran, perbuatan dengan cara berkata bohong. Sekali kita berbohong, maka entah kapan kita akan menyelesaikannya. Maka, berkata jujurlah sebelum niatan jujur itu ada dalam diri kita. Saya percaya, anda, saya, kita semua, memahami betul tentang konsep kebenaran, tidak berbohong pada diri, tidak berbohong pada sesama manusia, apalagi berbohong kepada Allah Tuhan Y. M. E.. Karena orang yang jujur, hidupnya akan diliputi cahaya kedamaian, ketentraman, tidur akan nyenyak, hati akan tenang, pikiran tenang. Sedangkan orang yang berbohong akan selamanya diliputi rasa bersalah dan gelisah, hidup dalam kegelapan hati.
- Bertaubat, Bertaubat berarti memohon ampun ampun. Dalam hal ini, tatkala kita melakukan sesuatu, segeralah memohon ampun, tidak mengulur waktu. Kita tidak pernah tahu ajal akan tiba. Kita tidak pernah tahu apakah Allah S. W. T. akan mengampuni kita. Kita tidak pernah tahu apakah orang yang kita dzalimi akan memberikan maaf kepada kita. Maka, ketika kita melakukan kesalahan segeralah kita memohon ampunan kepada Allah S. W. T.. Segeralah kita meminta maaf kepada orang yang kita dzalimi. Entah berapa komponen kesalahan yang kita lakukan dalam satu episode, dalam satu keadaan. Bisa jadi, tatkala kita melakukan kesalahan kita melukai hati seseorang, melukai jalan pikir seseorang dan menghambat perbuatan seseorang, menghancurkan masa depannya, keluarganya, tetangganya dan masih banyak komponen lainnya. Seandainya kita menunda-nunda meminta maaf, manusia itu banyak lupanya, tempatnya lupa, dan kita tidak bisa mengabses kesalahan kita. Rugilah kita, kalau orang yang kita dzalimi hanya memafkan satu komponen kesalahan kita -rugi secara manusiawi dan tentu secara ilahiyah-. Segeralah dalam meminta maaf, bersegeralah dalam memohon ampun pada Allah S. W. T. sungguh Ia dzat Maha pemberi ampunan. Dan hati manusia adalah tempatnya kelembuta. Selesailah tugas kita meminta maaf, memohon ampun, perkara di maafkan atau tidak, diampuni atau tidak, itu bukan urusan kita.
- Memberi Maaf. Seringkali kita begitu sangat egois. Seringkali kita merasa begitu kuasa pada diri kita. Kita lupa bahwa diri kita bukanlah milik kita. Kita ini milik Allah S. W. T. dzat pemberi ampunan. Karena sombongnya kita, seringkali kita menunggu-nunggu orang yang berbuat salah pada kita untuk meminta maaf dalam kita, tentu ini adalah perbuatan keliru, sangat keliru. ’Mari kita baca baca surat Al Maidah ayat 13, فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ yang artinya "
maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." Sudah jelas sekali, maafkanlah orang-orang yang berbuat salah, dan biarkan (biarkan disini merupakan terjemah dari kata "Washfah" sering orang Indonesia mengatakan "Mushafahah" saling bersalam-salaman sebagai wujud kedamaian) bermushofahah lah dengan mereka orang yang berbuat salah. Betapa tidak produktifnya kita kalau selamanya ktai memikirkan kesalahan orang lain, perbuatan dzalim orang lain pada kita. Memaafkan lebih baik sebelum orang lain meminta maaf pada kita. - Bershadaqoh. Memberikan harta yang kita punyai kepada orang lain. Shadaqoh menjauhkan kita dari bercana. Shadaqah melipat gandakan apa yang kita berikan kepada orang lain. Semua orang akan mati, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama -apakah nama baik yang kita tinggalkan atau nama yang jelek-. Cap baik atau buruk adalah dampak dari eksistensi. Bukan berarti bershadaqoh untuk di cap baik, tapi yang bershadaqoh pasti di cap baik. Ketika kita mati, hanya kebikan yang akan kita bawa ke hari perhitungan di akhirat. Tidak kita membaca cincin, emas, mobil, tanah atau harta lainnya. Bahkan jasad kita pun tidak kita bawah, bahkan jasad kita pun orang lain yang mengurus, itupun kalau ada. Maka, sejatinya shadaqoh adalah wujud dari keberadaan kita dimuka bumi ini, wujud kemanusiaan kita untuk hidup sejahtera bersama. Sekecil apapun, bershodaqohlah -baik dengan senyuman, perkataan yang menyenangkan, perbuatan yang membahagiakan, atau dengan harta yang mensejahterakan- agar kita tidak punya beban atas apa yang kita punya saat ini.
- Bersyukur. Berapa banyak nikat yang telah Allah berikan kepada kita? Berapa banyak kebaikan orang lain yang sudah kita rasakan? Betapa banyak keinginan yang kita raih dan yang belum terwujud?. Acap kali kita terus memecut kendaraan kita dan kita lupa bahwa ada hembusan nafas yang terus menerus keluar dari pompaan jantung, kita lupa ada mata yang terus menerus mengawasi objek yang kita kerjakan. Kita lupa ada kaki yang tiada henti melangkah mengantarkan kita pada tujuan. Kita lupa ada tangan yang pelan perlahan tak merasakan beban. Bayangkan, satu saja benang mata kita di cabut, satu saja kuku jari kita dicabut, betapa sakitnya. Bersyukur kepada Allah S. W. T. untuk mengingatkan, betapa Allah menciptakan manusia dengan sempurna dan saya masih bisa menulis ini serta anda masih bisa membaca tulisan saya. Alhamdulillah. Berterimakasih pada orang-orang yang senantiasa menyayangi kita dengan tulusa. Berterimakasih pada orang-orang yang terus mengkoreksi kita dengan tulus sehingga kita terus memperbaiki diri. Berterimakasih atas kenangan yang telah mendewasakan, Berterimakasih pada keadaan yang telah membesarkan dan berterimakasih pada masadepan yang telah ada memberi keyakinan. Alhamdulillah Ya Allah S. W. T. semoga senantiasa Engkau memberikami ketenangan hidup. Terimakasih untuk kalian yang senantiasa membantu saya dengan do'a-do'a dan tidakan. Semoga Allah S. W. T. membalas kebaikan anda semua.
No comments:
Post a Comment